Review Kucing2 Ku

Suka foto kucing? Cek foto kucing-kucing ku di Instagram mereka: @_thecatto.

Mimi

Mimi diambil di pos satpam dekat rumah. Waktu itu saya nyetir pulang kerja lihat dia lagi ngais-ngais sampah nyari makan. Setelah parkir mobil deket rumah, saya jalan kaki balik lagi untuk menyapa dia. Seketika dia langsung nyaman main sama saya, dan satpam merekomendasikan saya untuk bawa pulang dia karena dia lumayan bagus penampilannya.

Waktu itu saya belum berpengalaman dengan kucing, dan saya tidak tahu bahkan bagaimana cara membawa kucing yang benar. Akhirnya saya jalan pulang saja, saya berikan pilihan kepada Mimi apakah dia mau ikut atau tinggal disana. Ternyata dia ikut saya! Padahal saya tidak memberikan dia makanan, hanya belaian.

Ketika sudah dekat rumah, ada tetangga yang membawa anjing berpapasan dengan kami. Spontan Mimi takut dan dia bersembunyi dibelakang saya. Akhirnya saya spontan mengambilnya ke pelukan saya. Sang pembawa anjing tertawa dan memuji penampilan Mimi, dia bilang bagus dan tidak percaya bahwa Mimi baru saja diadopsi dari jalanan.

Memori saya tentang Mimi tidak banyak, namun saya ingat jelas dia sangat pintar. Tidak ada kucing saya sekarang yang melebihi kepintarannya. Ia bisa merespon panggilan, penurut, memanggil saya, seolah olah manusia yang sudah akrab dengan saya.

Di malam hari saya bingung dia harus tidur bagaimana, jadi hanya saya sediakan kardus dengan kertas koran. Tak disangka, dia tidak berhenti berhenti mencari saya. Dia marah ketika saya tinggal masuk kedalam rumah. Dan sebagai wujud emosi dia, dia bahkan memanjat dinding rumah saya supaya bisa sedekat mungkin mengeong di kamar saya (lantai 2). Saya sampai sekarang tidak habis pikir bagaimana dinding tersebut bisa dipanjat, meningat ukuran dia masih kecil dan tidak ada pijakan lain yang menurut saya bisa digunakan kucing untuk naik kesana.

Tentu saja kejadian tersebut berujung pada orang-orang rumah mengambil tangga untuk menurunkan dia. Untungnya setelah kejadian tersebut Mimi pengertian dan mau tidur diluar rumah.

Keesokan harinya Mimi saya bawa ke kantor dengan harapan ia bisa bertemu teman teman kucing baru, karena di dekat kantor saya memang tempat mangkal kucing. Mimi dengan cepat menjadi akrab dengan staf kantor saya. Semua suka Mimi, dan semua dengan senang hati membantu saya mengurus Mimi dengan memberikan makan bergantian. Mimi juga tidak merepotkan – kala itu kami belum memiliki litter box, dan Mimi dengan hebatnya mencari tempat buang air di luar lalu kembali lagi ke kantor kami. Luar biasa.

Hari hari Mimi di kantor berlangsung selama seminggu, dan disinilah penyesalan saya yang tidak pernah saya maafkan sampai hari ini. Saya tidak membiarkan Mimi tidur di dalam kantor, ia selalu tidur di luar dan menunggu kami kembali di pagi hari.

Hari Sabtu, saya membawa pacar saya mengunjungi kantor untuk berkenalan dengan Mimi (foto diatas) dan saya tidak bisa menemukan dirinya. Saya kecewa dan makan siang bersama pacar, dan memutuskan pulang. Pacar saya bilang, cobalah cari Mimi sekali lagi. Dan insting dia benar, ternyata Mimi sudah kembali di bawah mobil dekat kantor. Kebodohan kedua saya, saya tidak membawa makanan. Mimi tidak kelihatan lapar, ia dengan senang hati bermain bersama kami. Lalu kami pun pulang tanpa membawa pulang dirinya. Kebodohan ketiga.

Hari Senin, Mimi sudah tidak ada lagi. Dicari tak muncul, dan tak kunjung kembali. Saya tak tahu apa yang terjadi padanya, namun saya yakin bukan hal-hal buruk yang terjadi. Mungkin saja dia ikut kawanan migrasi, karena kucing=kucing di sekitar kantor memang mendadak hilang. Mungkin saja dia diadopsi tetangga saya. Saya hanya berpikir yang baik baik karena dia sangat lucu dan cerdas, jadi pasti nasibnya baik.

Saya doakan yang terbaik untuk kamu Mimi. Maafkan aku yang kurang perhatian sama kamu. Kamu memang layak mendapat yang lebih baik. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat.

Kuki

Kuki saya pungut di taman olahraga dekat rumah, saat saya setelah berolahraga berjalan ke area parkir. Saat itu kebetulan saya membawa Whiskas kering sisa yang biasa saya berikan pada Mimi, jadi saya buru-buru lari ke mobil, dan membawakan Whiskas itu kepada Kuki. Tentu saja Kuki senang dan mengikuti saya ketika saya mau pulang. Sayangnya, ketika saya mau masukin dia ke mobil, dia kabur dan menghilang.

Saya menunggu beberapa menit sambil menggoyang-goyangkan Whiskas saya. Dan dia akhirnya kembali lagi. Tanpa pikir panjang saya langsung menculik dia masuk ke dalam mobil dan membawanya pulang.

Sesampainya dirumah saya baru sadar bahwa ia sakit mata. Sebelah matanya merah parah. Saya pun meminta ilmu dari pacar saya yang sudah terbiasa menangani kucing. Dengan ilmu ala kadarnya, saya pun berhasil merawat matanya sampai sembuh tanpa membawanya ke dokter hewan.

Kuki tidak sepintar Mimi, dan bahkan merupakan kucing paling bolot yang pernah saya kenal. Ia tidak responsif dan sulit diajari. Karena ekspektasi saya terlalu tinggi, karena teringat dengan Mimi, maka saya pun cenderung kasar pada Kuki bila ia tidak bertindak sesuai ekspektasi saya.

Kuki sempat juga dibawa ke kantor, dan ia membuat banyak masalah dengan tidur di tempat yang tidak seharusnya, mengacak-acak perabotan, dan lain-lain.

Saya frustrasi dan merasa bahwa Kuki memang tidak ingin dirawat saya. Saya pun akhirnya memberikan Kuki pilihan untuk pergi. Saya membawa ia ke ruko lain dengan mobil dan melepaskan dirinya. Ia langsung lari ke bawah mobil lain. Saya masih mau memastikan apakah ia yakin dengan keputusan tersebut, jadi saya ambil dia dan masukkan ke mobil saya lagi, dengan pintu terbuka.

Ternyata ia memang memilih pergi. Ia tanpa ragu keluar dari mobil saya dan kembali ke mobil tempat ia bersembunyi sebelumnya. Kali ini, ia bahkan menjauhi ketika tangan saya mencoba mendekat.

Maka yakinlah saya kalau perpisahan kami sudah menjadi keharusan. Saya pun memotret dirinya (lihat foto dibawah). Dan berkendara pergi.

Namun saya belum puas. Saya kembali lagi ke ruko tersebut dalam dua menit dan mencari dirinya. Sayangnya dirinya sudah tidak ada lagi. Semoga nasib ia pun baik. Maafkan aku Kuki, telah kasar pada dirimu. Semoga kamu ingat kebaikanku mengobati matamu ketika kelak kita dipanggil oleh Yang Berkuasa Diatas.

Toto

Pemungutan Toto berlangsung dua bulan setelah Kuki saya lepaskan, karena saya merenung apakah saya memang layak memelihara kucing? Sama seperti Mimi, Toto saya temukan di pos satpam.

Saat itu saya dan pacar saya pulang berkencan naik Grab, dan sesuai prosedur keamanan, mobil Grab kami harus berhenti di pos satpam untuk diperiksa. Saat itulah kami serentak melihat Toto, meskipun badannya sangat mungil nyaris tak kelihatan.

Kami pun spontan langsung turun dari Grab untuk berinteraksi dengan Toto dan mempersilakan sopirnya langsung putar mundur. Saya langsung bertanya kepada pak satpam, apakah sudah dikasi makan? Satpam ketawa dan berkata tentu saja belum, karena saat itu bulan puasa!

Kami sepakat untuk membawa pulang Toto, dan memohon bantuan ibu saya untuk merebus satu potong chicken nugget untuk diberikan pada Toto. Toto saat makan bersuara sangat lucu dan kami langsung jatuh hati padanya. Di bawah ini adalah ukuran Toto saat pertama kali dibawa pulang.

Kali ini saya sudah paham cara merawat kucing yang baik, jadi saya langsung mempersiapkan kandang, tempat makan, dan kotak buang air untuk Toto, serta membudidayakan beberapa barang bekas saya menjadi mainan dia.

Toto tumbuh sangat aktif dan semangat, saking semangatnya suka mengganggu kami untuk ajak main padahal kami sedang sibuk. Sadar bahwa Toto harus tumbuh di lingkungan yang ramai, saya pun berinisiatif memigrasikan Toto ke lingkungan kantor saya. Namun, belajar dari kesalahan saya terhadap Mimi, kali ini Toto kami berikan satu ruangan untuk tinggal. Ia pun menjadi penghuni tetap kantor saya yang hanya pulang kerumah ketika akhir pekan tiba.

Sampai hari ini Toto masih bersama saya, namun ia tumbuh menjadi kucing yang besar, galak, berisik, namun tetap lucu. Kalau sudah lapar berisik sekali dan sangat garang saat makan. Mungkin karena masa kecilnya sendirian sehingga tidak ada kucing lain yang mendidik, dan mungkin dulu pernah trauma berebutan makan?

Saya sekarang paling suka usil kepada Toto karena ia merupakan ratu drama, yang sedikit-sedikit meraung seakan-akan mau diperkosa padahal sebenarnya hanya mau dielus-elus saja.

Toto terkenal karena nafsu seksualnya yang luar biasa. Sebulan sekali, selama seminggu penuh dia akan meronta-ronta minta kawin. Kalau dikurung dia akan marah terus-terusan, jadi karena dia sudah di steril, maka kami menyerah dan membiarkannya main diluar rumah untuk kencan setiap sebulan sekali. Padahal, terakhir kali dia kawin, dia malah sakit demam.

Kami melakukan investigasi kecil dan ternyata si Toto memiliki 3 pacar di komplek! Ketiganya memiliki warna bulu yang serupa, mirip dengan Miso. Sepertinya salah satunya adalah bapaknya Miso! :O

Ada perubahan perilaku yang signifikan pada Toto setelah dia di steril. Yang dulunya berandalan jadi lumayan kalem sekarang kalau dielus-elus. Tetapi yang masih tetap sama adalah sifat Drama Queennya. Kalau di gangguin sedikit langsung meronta-ronta dan teriak-teriak heboh.

Saat ini, si Toto jadi akrab dengan Miso. Mungkin karena sering diusilin oleh Miso dan sama2 anak luar. Karena Toto sudah di steril dan Miso laki-laki maka kami memperbolehkan mereka main di taman dan bertemu kucing lain.

Roro

Sejak memelihara Toto, saya jadi langganan membeli makanan dan perlengkapan kucing di toko hewan dekat kantor. Toko hewan tersebut memiliki seekor kucing oren besar bernama Oki.

Suatu hari saya melihat Oki memiliki teman baru, namun teman baru ini ada di luar kandang. Setelah ngobrol dengan penjaga toko, ia bercerita bahwa kucing ini suatu hari datang tiba-tiba ke toko tersebut dan tidur dekat si Oki. Karena kasihan, maka kasir toko selalu memberikan makan padanya.

Namun kasir toko berkata pada saya bahwa Roro ini benci manusia, tidak mau dipegang dan malah menggigit. Saya juga mencoba mendekatinya dan dia langsung kabur mengitari dinding. Ketika saya hampir berhasil menangkap dia, dia langsung mendesis marah, jadi saya tinggalkan dia.

Seiring berjalannya hari, Roro semakin tidak takut dengan manusia. Karena sering mampir ke toko tersebut, Roro pun menjadi lebih bersahabat dengan saya. Saya iseng berkata kepada sang kasir, apakah boleh meminjam Roro supaya Toto tidak kesepian? Kasir tersebut malah bilang, bawa saja pak, tidak usah dipinjam.

Saya hanya tertawa sambil mengangkat Roro, lalu naik motor bersama karyawan saya. Roro ketakutan dan langsung loncat dari motor yang sedang berjalan lalu lari kembali ke arah toko. Saya sempat main petak umpet bersama Roro sampai akhirnya ia kembali percaya dengan saya. Kali ini saya memilih jalan kaki membawanya ke kantor, karena khawatir ia takut dengan bunyi motor.

Interaksi Roro dan Toto sangat menarik, dimana Toto sok galak tapi sebenarnya takut takut juga. Saya menyuruh Roro tidur di kandang Toto, namun Roro ketakutan karena kandangnya sudah bau kucing lain.

Singkat cerita, hari demi hari berlanjut, Toto dan Roro menjadi akrab bak saudara kandung, meskipun mereka berbeda induk (atau mungkin sama?). Saya juga berhasil mematahkan asumsi penjaga toko bahwa mereka tak akan bisa akur karena berbeda darah.

Karena dari awal saya hanya berkedok ‘meminjam’, maka saya pun berencana mengembalikan Roro ke toko asal dia dipungut. Namun ternyata, mengejutkan, toko tersebut malah tutup dan tidak mau jualan lagi. Jadi Roro tidak punya tempat untuk kembali dan akhirnya menetap dengan saya sampai hari ini.

Roro tumbuh menjadi kucing yang sangat sopan, dengan suara manja, dan sangat photogenic. Mata belo, garis mulut yang kelihatan seperti tersenyum, dan rasa penasaran dirinya kepada kamera membuatnya menjadi kucing yang sangat cantik untuk difoto.

Ia kurang populer di kalangan teman teman saya karena warnanya yang gelap, namun setelah mengenal lebih lanjut semua kucing saya, hampir semua orang berkata mereka paling suka dengan sifat Roro yang bersahabat. Kalau marah Roro hanya bisa mendesis sedikit-sedikit.

Roro sudah meninggal di tanggal 11 Desember 2019 karena komplikasi saat proses pengangkatan rahimnya. Saya, ibu saya, dan pasangan saya semua nya nangis ga berenti=henti. Roro kesayangan pasangan saya, dan saya sebenarnya belakangan itu memang sedang kesal karena dia lagi nakal-nakalnya dan mulai minta kawin.

Yang membuat saya sedih ga karuan adalah karena saya memperlakukannya kurang baik di hari-hari terakhirnya. Karena dia kebelet kawin dia mengganggu saya tidur, cenderung merusuh dirumah, sehingga saya sering kesal padanya dan mengurungnya di ruangan terpisah.

Saat saya berangkat mengantar Roro ke klinik sebenarnya sudah ada pertanda tidak baik yaitu saya melihat mayat kucing di tepi jalan. Lalu dokter mendadak bilang agar operasinya diundur saja besok karena asistennya tidak hadir. Karena keesokan harinya tersebut saya sangat sibuk saya terpaksa minta tolong karyawan saya untuk mengantar Roro pagi pagi ke klinik.

Dan karena sibuk di hari itu, saya juga tidak sempat menjenguk Roro ketika operasi sudah selesai, padahal Toto dijenguk langsung ketika operasi selesai. Tanggal 11 tersebut saya bangun kesiangan karena malamnya begadang, dan saya langsung menuju klinik untuk menjenguk Roro. Tiba – tiba di perjalanan ketika sudah dekat klinik, sang dokter menghubungi saya untuk membawa kabar kurang baik.

Ini pertama kalinya saya kehilangan kucing dan saya pun tidak menyangka saya akan sangat sedih sampai mengganggu keseharian saya. Mayat Roro dikremasi di Pondok Pengayom Satwa yang menurut saya dalam kondisi ‘Hidup Segan Mati Tak Mau’. Namun tidak ada pilihan lain untuk kremasi hewan yang saya tahu di Jakarta.

Soto

Soto adalah anggota terbaru keluarga kami. Berbeda dengan kakak-kakaknya, ia tidak dipungut melainkan diberikan kepada adik saya oleh seorang rekan kerjanya, dengan alasan bahwa rekan tersebut harus kembali ke negara asalnya dan tidak bisa membawa Soto bersamanya.

Merawat Soto butuh komitmen ekstra karena merasa ada tanggung jawab yang diemban dari pemilik sebelumnya yang serba high maintenance, misalnya memberi makan Royal Canin, perawatan ekstra, vitamin, dan obat-obatan yang tidak pernah saya berikan kepada Toto dan Roro sebelumnya.

Soto terbiasa hidup mewah, jadi ia memang super manja. Ia hampir tak pernah bersuara kecuali mendesak, sehingga wajar saja sering menghilang karena tubuhnya yang kecil.

Meskipun ia kelihatan pendiam dan kalem didepan kami, nyatanya ia sangatlah usil terhadap kucing-kucing lainnya. Toto dan Roro sempat dibuat marah olehnya karena terlalu usil.

Sejak Roro meninggal, Soto saat ini lumayan akrab dengan Toto karena suka dibully oleh Miso. Tetapi karena Toto dan Miso lagi suka main di luar rumah, dan kami tidak mengijinkan Soto keluar karena dia pernah hilang, maka dia jadi anak rumahan dan main sama hooman saja deh (hooman = sebutan kucing ke manusia).

Tetapi kasihan si Soto sepertinya dia sering kangen dengan Roro. Karena dia suka masuk ke lemari saya, naik bersusah payah hanya untuk mendekati tempat abu Roro dan menjilat-jilatnya atau mengusap2 mukanya ke tempat abu itu. Mungkin masih ada bau Roro di tempat abunya. Kasihan dia.

Si Soto ini adalah ratunya bermain petak umpet di rumah. Karena jarang bersuara dan suka ‘ngumpet’ di tempat-tempat yang terpencil, seperti di bawah tempat cuci tangan, di belakang kursi, di belakang meja, bahkan suatu waktu dia pernah hilang nyasar ke rumah tetangga!

Berita menghilangnya Soto heboh sampai satu komplek (karena kita memasang poster dan meminta bantuan warga sekitar untuk mencari), dan juga di grup Whatsapp ibu saya. Eh ternyata, dia ditemukan di atap tetangga. Sampai sekarang masih misterius bagaimana dia sampai kesana, dan untungnya orang yang menemukan mau mengembalikan dengan diberi sedikit sogokan uang.

Miso

Dengan hadirnya Miso, Soto tidak lagi menjadi anggota terbaru keluarga kami.

Miso adalah satu-satunya kucing laki-laki yang kami miliki. Dan ia juga satu-satunya kucing yang datang ke rumah (yang lain dikasih orang atau saya pungut).

Waktu itu saya selesai berolahraga dan pulang naik mobil. Dari kejauhan berkendara saya melihat hewan seperti tikus menyeberang jalan depan rumah saya. Ketika saya sudah memarkirkan mobil saya, sayapun turun untuk melihat lebih jelas.

Seketika itu juga saya sadar bahwa hewan tersebut adalah kucing kecil yang dekil sehingga mirip tikus, dan ia langsung lari menghampiri saya.

Karena saya melihat adanya kawanan anjing komplek (bersama penjaga mereka) akan melintas dekat rumah saya, maka saya bergegas memasukkan Miso ini ke halaman rumah saya.

Saya tidak langsung mengadopsi Miso begitu saja. Saya masih berharap dan berpikir bahwa ia terpisah dari induknya, sehingga ia saya biarkan di halaman rumah untuk beberapa waktu supaya bisa dicari oleh induknya, sambil diberi makan dan minum tentunya.

Ketika 2×24 jam tidak ada tanda-tanda baik, maka Miso pun kami adopsi menjadi kucing kami. Ia, meskipun menurut dokter sangat kurang nutrisi dan kurus, tapi nyatanya sangat lincah, periang, dan makan super cepat serta rakus (sampai pernah muntah saking kebanyakan makan!).

Ia sangat hobi berdiri dekat kaki kami sampai sering sekali tidak sengaja ketendang (karena ukurannya kecil susah dilihat!). Dan juga seringkali ia membuat gerakan “emut” dengan mulutnya baik saat tidur maupun bangun. Hal ini membuat kami menduga bahwa ia sebenarnya sedang dalam masa menyusui sebelum terpisah dengan ibunya.

Miso sekarang sudah besar dan menjadi kucing yang hampir dewasa. Masih sama saat waktu kecil, dia sampai sekarang masih rakus kalau melihat/mencium bau makanan. Kalau makan seperti yang tidak akan diberi makan lagi, duh! Yang unik dari Miso adalah posisi duduknya yang aneh. Dia seringkali duduk seperti manusia dan membuat orang geli melihatnya.

Posisi duduk aneh si Miso

Tofu

Tofu ditemukan baru-baru ini di depan kantor saya. Entah darimana datangnya, menurut karyawan saya, kucing betina ini sudah nongkrong di depan kantor sejak pagi. Karena putih, maka saya beri nama Tofu (tahu).

Sewaktu ditemukan, kondisinya cukup mengenaskan, badannya kotor penuh tanah, matanya berair dan kupingnya seperti ada bekas jamur. Karena kasihan, maka saya mandikan dan bawa ke dokter hewan – untunglah dia sehat walafiat. Setelah diberi obat cacing, saya membawa dia pulang untuk berkenalan dengan kucing-kucing lainnya. Masih belum akrab, sih – tapi mungkin karena baru beberapa hari saja.

Semoga Tofu ini bisa menjadi anak baik dan kalem seperti Soto (walaupun agak terlihat perangainya mirip Miso. Belum banyak yang bisa ditulis karena dia baru saja diadopsi beberapa hari lalu, nanti akan diupdate lagi!