Investasi saat COVID-19

Tulisan ini akan diperbaharui berkala setiap minggunya.

Untuk mengisi waktu luang selama sebulan terakhir, saya jadi rajin mengikuti webinar market update yang diadakan oleh berbagai institusi, mulai dari bank Mandiri, manajemen investasi seperti Syailendra dan RHB, APERD seperti Bibit, P2P lending Komunal, aplikasi keuangan Finansialku, pengamat Creative Trader, dan equity Crowdfunding Santara.

Di artikel ini saya akan membagikan kesimpulan dan risalah yang saya pelajari, karena jujur saja saya tidak ahli di dunia saham, merasa kurang pengalaman, jadi saya lebih senang membagikan pandangan pihak ketiga.

Saham Sudah Bottom Belum?

Tidak ada satupun dari webinar tersebut yang berani menjawab ya atau tidak, karena memang tidak ada yang tahu. Ketimbang menimbang bottom, mereka semua berkata bahwa market sudah ‘price in‘ dan saat ini sebenarnya sudah cukup oke untuk masuk pasar, karena 3900 merupakan support psikologis yang cukup kuat dan risk-reward rasionya sangat menarik di angka 3:1. Rasio ini didapatkan dari angka 6000 –> 4500 –> 3900

The New Normal

Masa panik investor, baik investor kecil maupun besar, sudah selesai. Meskipun isu Corona masih panjang dan tidak tahu kapan berakhirnya, pasar saham sudah jenuh untuk berpikir negatif dan memasuki fase ‘new normal’ dimana isu Corona sudah tidak lagi membuat pasar saham bergejolak besar secara heboh-hebohan. IHSG akan tetap bergerak sideways untuk waktu cukup panjang dan memberikan momentum bagus untuk trading. Saya sendiri yang sebelumnya tidak pernah sukses trading saat ini bisa skor keuntungan sampai dengan 15 persen dalam seminggu.

Recovery Phase Sudah Tiba

Seperti yang kita tahu, Tiongkok sudah dalam masa pemulihan dan mencegah datangnya 2nd wave. Ini merupakan katalis positif bagi Indonesia karena Tiongkok sebagai pemasok bahan baku produksi bagi Indonesia sudah kembali normal, meskipun di sisi demand Indonesia masih akan terpuruk karena PSSB. Ini alasan saya memborong unit link dengan komposisi saham Tiongkok.

Kondisi Investasi Fixed Income

Pasar fixed income memang bisa dibilang lebih busuk daripada saham, karena meskipun sama-sama jatuh, setidaknya pasar saham masih ada gerakan-gerakan yang memungkinkan untuk trading, sedangkan fixed income tidak. Akibat kurs IDR/USD yang kelewat parah, maka obligasi kita dilepas habis-habisan oleh asing sehingga harga pasar sekundernya anjlok. Yang kena imbasnya? Ya reksadana pendapatan tetap. Kendati demikian, kalau kita investasi langsung di obligasi negaranya justru sangat oke, karena harga pasar sekundernya murah sekali dan tingkat kuponnya jauh lebih tinggi daripada tabungan saat ini, apalagi P2P lending sebagai alternatif fixed income juga sedang bermasalah.

Jadi Sekarang Harus Apa?

Ada dua yang bisa anda lakukan. Kalau anggaran terbatas, jangan melakukan apa-apa dan diam saja sampai situasi membaik. Kalau anda punya anggaran tapi takut risiko, silakan belanja obligasi negara di pasar sekunder. Kalau anda punya anggaran dan mau untung besar seperti saya juga, maka ayo belanja saham dan average down portofolio kita.

Strategi Investasi Saham Gimana?

Dollar Cost Averaging (DCA) all the way. Bahkan ada penelitian yang membuktikan bahwa “Tuhan pun tidak bisa mengalahkan DCA”. Manajemen peluru (uang) yang baik adalah kuncinya. Selama uang anda belum habis, anda bisa terus-terusan average down portfolio anda setiap kali turun ke nilai tertentu, dan kalau untung bisa dijual untuk belanja lagi ketika nanti jatuh lagi.

Strategi ini tentu juga berlaku untuk reksadana saham.

P2P Lending gimana?

Satu persatu mulai digoyah Corona. Mekar dan Amartha yang menurut saya dulu cukup aman ternyata kena imbasnya juga. Saat ini yang relatif masih beroperasi normal dan tanpa gangguan adalah Danamart, Komunal, Akseleran, Danain, Asetku, dan Uangme. Daftar lengkapnya bisa dilihat disini.

Secara umum investasi p2p lending masih direkomendasikan, mengingat returnya diatas aset fixed income lainnya serta tidak memiliki gejolak separah saham. Kebanyakan p2p lending juga memiliki skema perlindungan modal dan asuransi kredit yang melindungi modal pokok kita. Yang perlu diperhatikan adalah kondisi keuangan perusahaan p2p lendingnya.

Strategi Manajer Investasi Gimana?

Semuanya mempercayakan saham-saham blue chip yang diyakini akan recover terlebih dahulu ketika situasi membaik. Beberapa reksadana non-indeks juga melakukan trading jangka singkat untuk meminimalkan kerugian.

Kondisi Macro Indonesia

Dengan menggunakan worst case scenario sekalipun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diproyeksikan positif ditengah issue Corona. Indonesia bahkan di vote menjadi pilihan investasi terbaik di akhir tahun 2019.

vs tahun 98 dan 2008

Yang terjadi sungguh berbeda. Di masa lampau otoritas hanya perlu fokus membuat kebijakan ekonomi, karena masalahnya memang hanya ekonomi. Kali ini, masalahnya adalah kesehatan dan berdampak parah pada kesehatan, sehingga fokus otoritas terbagi dua dan tidak ada solusi yang memadai. Hal ini membuat outlook long term masih sulit diprediksi.

Recovery di Masa Depan

Kapan kondisi ekonomi kembali normal seperti akhir tahun 2019? IMF memprediksi V shaped, selesai di Q4 2020, meskipun banyak pakar lokal Indonesia berpendapat di Indonesia yang terjadi akan U shaped, alias recovery total dicapai dalam Q1 2021. Hal ini karena setelah masalah Corona selesai, kita tidak akan kembali ke kondisi akhir 2019 dalam satu hari. Akan banyak orang yang masih akan takut Corona sehingga mengurangi aktivitas, banyak orang yang sudah kehabisan uang sehingga harus kembali menabung.

Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 599

12 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  1. Jadi Mas, apakah lebih baik jika saya tetap rutin investasi di platform seperti Bibit, BukaReksa (dollar cost averaging) untuk saham maupun pendapatan tetap?

    • Untuk pendapatan tetap saya sih ga inves sama sekali, krn nanggung. Harga obligasi masih ga gerak kemana2. Jadi mau DCA ataupun lump sum sama aja.

      Untuk rd saham iya saya DCA setiap hari untuk menurunkan risiko volatilitas.

      • Oh, I see. Karena budget terbatas dan high risk, saya gak berani invest banyak di saham dan lebih milih invest di pasar uang atau pendapatan tetap, karena paling tidak returnnya konsisten Mas. Lebih aman dan gak was2 sih Mas meskipun akhir2 ini saham performanya mulai membaik.

  2. Hi Kak Adrian, ulasan Anda sangat bagus, membantu, dan mengedukasi namun ada ganjalan di kalimat “Tuhan pun tidak bisa mengalahkan DCA”. Karena Tuhan adalah Yang Maha Kuasa. Mohon dapat diralat kalimatnya. Terima kasih

  3. you are in point of fact a good webmaster. The site loading pace is amazing. It seems that you’re doing any unique trick. Also, The contents are masterpiece. you’ve done a fantastic task on this topic!

  4. A tecnologia está se desenvolvendo cada vez mais rápido, e os telefones celulares estão mudando cada vez com mais frequência. Como um telefone Android rápido e de baixo custo pode se tornar uma câmera acessível remotamente?

  5. Thanx for the effort, keep up the good work Great work, I am going to start a small Blog Engine course work using your site I hope you enjoy blogging with the popular BlogEngine.net.Thethoughts you express are really awesome. Hope you will right some more posts.