P2P Lending Saat Resesi

Update: Karena Indonesia sudah memasuki resesi, maka tulisan ini sudah diperbaharui. Banyak konten yang anda baca sebelumnya disini mungkin sudah tidak ada

Berangkat dari tulisan saya sebelumnya perihal investasi saat resesi, saya ingin membahas bagaimana kondisi P2P lending sekarang saat resesi. Perlu diingat juga bahwa saya, dan banyak orang, tidak menyangka bahwa resesi yang sudah lama ditunggu akhirnya dipicu oleh isu kesehatan, jadi tentu banyak analisa saya yang meleset.

Dampak resesi tidak langsung terasa dalam hitungan hari atau minggu, jadi tulisan ini akan diperbaharui berkala sesuai dengan perkembangan terkini.Karena P2P lending banyak macamnya, kitapun harus membicarakan dampak resesi berdasarkan kategori P2P lendingnya.

Bagi P2P lending konsumtif

P2P lending konsumtif bergantung pada golongan menengah kebawah yang meminjam uang dalam jumlah relatif kecil untuk memenuhi kebutuhan mendesak mereka. Pinjaman ini tentu tanpa jaminan dan akan dibayarkan kembali ketika mereka sudah gajian (makanya limit pencairan minimum biasanya selalu dibawah UMP). Dalam resesi akan ada risiko pemutusan hubungan kerja massal, sehingga peminjam yang anda danai mungkin tidak bisa memenuhi kewajiban membayar mereka.

Kendati demikian, perlu kita sadari bahwa pinjaman konsumtif biasanya memiliki tenor singkat sekali, sedangkan dampak resesi akan terasa dalam kurun waktu yang cukup panjang. Dalam arti lain, bila besok mendadak resesi, tidak mungkin semua perusahaan langsung melakukan PHK di tanggal yang sama. Kalaupun peminjam yang kita danai kena PHK, harusnya mereka mendapatkan pesangon yang bisa digunakan untuk membayar kembali. Mengingat P2P lending konsumtif menyebarkan uang anda ke berbagai peminjam, rasanya hampir mustahil semua peminjam tersebut kena PHK dalam satu bulan ataupun satu tanggal yang sama. P2P lending konsumtif yang oke pasti akan menyebarkan uang anda ke peminjam dari berbagai latar belakang pekerjaan (tidak dalam satu perusahaan)

Dan jangan lupa, hampir seluruh P2P lending konsumtif memiliki garansi proteksi modal, asuransi kredit, dan bahkan asuransi jiwa sekalipun, sehingga risikonya cukup terkontrol. Alias – risiko lender sebagian besar diserap oleh perusahaan penyelenggara lewat dana provisi dan asuransi kredit, jadi yang perlu diperhatikan adalah kesehatan keberlangsungan usaha perusahaan p2p lendingnya. Seberapa kuat perputaran uang internalnya? Apakah ada pemecatan terhadap staf-staf mereka atau mereka malah rekruitmen untuk menambah tenaga kerja? Apakah disaat-saat seperti ini mereka masih sibuk memberikan hadiah dan promosi kepada lender retail? Anda bisa menilainya dari situ.

Jadi, P2P lending konsumtif tidak akan mendadak merasakan dampak buruk dari resesi, tapi di jangka panjang bisa saja goyah kalau resesi bertahan lama.

Saran saya adalah untuk tetap memanfaatkan p2p konsumtif sebagai salah satu fixed income asset anda, namun danai hanya yang jangka pendek saja untuk likuiditas dan peace of mind. Kalau memang p2p lending pilihan anda mulai ada masalah, anda jadi bisa exit dengan cepat.

Bagi P2P lending produktif perusahaan

P2P lending produktif akan lebih terpengaruh dampak resesi, terutama bagi pinjaman yang menggunakan invoice sebagai jaminan. Alasan utama keterlambatan pinjaman invoice financing adalah karena tagihan debitur yang belum dibayarkan oleh klien mereka. Nah saat resesi, sudah hampir pasti perputaran uang antara debitur dan klien ini akan lebih terhambat lagi karena akan ada efisiensi keuangan. Tagihan akan telat dibayarkan, jaminan lain debitur dan jaminan personal dari direksi pun mungkin terpaksa dicairkan untuk keperluan yang lain.

Penyelenggara P2P lending sendiri pun mungkin akan melakukan kegiatan efisiensi karyawan, dan menurut saya (berdasarkan cerita dari mantan karyawan Crowde), yang menjadi sasaran pertama untuk di PHK kemungkinan besar adalah petugas petugas lapangan yang bertugas berkordinasi dengan para debitur, sehingga upaya recovery atau penagihan pun akan makin terhambat lagi.

Beberapa P2P lending produktif memang memiliki asuransi yang melindungi modal anda, dan tentu pinjaman yang diasuransikan seperti itu jauh lebih aman diambil karena memberi sedikit kepastian.

Jadi, menurut saya P2P lending produktif perusahaan lebih baik dihindari ketika bau resesi sudah mulai tercium.

Bagi P2P Lending Produktif Agrikultural

Agrikultural secara teori merupakan salah satu industri yang kebal resesi, karena hasil produksi nya terus menerus dibutuhkan semua orang meskipun kondisi ekonomi sulit. Alam juga tidak peduli pada kondisi keuangan manusia, sehingga resesi jelas tidak meningkatkan tingkat risiko saat seluruh proses pertanian berlangsung.

Yang perlu dikhawatirkan dari P2P lending agrikultural adalah fluktuasi biaya yang mungkin terjadi saat proses logistik maupun penjualan. Retailer atau distributor yang akan membeli hasil pangan mungkin berkurang kemampuan belinya sehingga hal tersebut mungkin berdampak pada pembagian keuntungan yang diterima investor. Sedangkan saya pribadi sudah merasakan pinjaman agrikultur saya macet karena ada pembeli yang kabur alias batal membeli hasil panen investasi saya. Namun perlu dicatat hal ini terjadi sebelum resesi dan pandemi terjadi.

Risiko tersebut sebenarnya bisa dimitigasi apabila p2p lendingnya memiliki ekosistem holistik yang mengatur penanaman, pemanenan, sampai penjualan. Contohnya yang sukses menerapkan hal ini adalah Tanifund, yang masih bertahan di TKB90 sebesar 100% dari awal.

Jadi menurut saya resesi minim dampaknya terhadap P2P lending agrikultur.

Saran saya malah kita harus menambah porsi investasi kita di sektor ini untuk membantu menggerakkan roda perekonomian Indonesia, karena kalau semua investor malah ‘pegang cash’ dan menarik semua investasinya, malah resesi semakin parah.

Bagi P2P lending Produktif UMKM

P2P lending jenis ini bergantung pada kegiatan usaha mitra peminjam mereka, yang biasanya menjalankan usaha mikro seperti membuka warung atau jualan pulsa. Hal-hal yang dijual tersebut tentu merupakan kebutuhan sehari hari yang tetap dibutuhkan orang-orang meskipun kondisi ekonomi sedang buruk.

Resesi juga lebih dirasakan oleh orang-orang metropolitan yang bisa merasakan pemecatan, penghentian ekspansi bisnis, efisiensi kegiatan bisnis. Sedangkan mitra P2P lending UMKM biasanya berada di daerah yang notabene kondisi ekonominya terisolasi (tidak banyak hubungan dengan ekonomi nasional). Menurut saya perilaku konsumsi orang-orang non-metropolitan ini tidak akan terpengaruh banyak oleh resesi sehingga penghasilan mitra peminjam cenderung stabil.

Namun, perlu diingat bahwa resesi kali ini terjadi karena pandemi, jadi ada konsiderasi ekstra yang harus diperhatikan yaitu PSBB dan protokol kesehatan. Esta Kapital juga bercerita bahwa kebijakan yang diterapkan cukup mengganggu pergerakan tim lapangan mereka yang menagih pinjaman. Hal ini terbukti dari masalah Amartha yang kesulitan menagih utang sampai harus memanfaatkan surat stafsus untuk menggerakkan tenaga lapangan.

Jadi, menurut saya resesi sangat berdampak pada P2P lending UMKM, tapi hal ini karena adanya pembatasan kesehatan yang mengganggu proses penagihan lapangan.

Hindari menaruh dana darurat di p2p lending sektor ini karena akan ada risiko terlambat bayar, namun untuk gagal bayar harusnya risikonya tidak meningkat.

Penutup

Seperti yang anda lihat, berdasarkan analisa dan hipotesa saya, sebagian jenis P2P lending terkena dampak negatif dari resesi, meskipun sebagian tidak. Jadi silakan saja jika lanjut mau investasi P2P lending, namun persempit pilihannya menjadi beberapa saja. Jangan juga takut berlebihan dan pegang cash 100%. Kalau semuanya seperti ini, sudah jelas resesi malah makin parah karena perputaran roda ekonomi jadi terhambat.

Dan ingat, selalu diversifikasi uang anda ke berbagai jenis instrumen investasi lainnya.

Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 591

17 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  1. Pembahasan nya keren. Mudah dipahami dan baru kali ini saya baca pembahasan serius bisa sambil ketawa. Selera dan timing humor pak Adrian bagus sekali 🙂

  2. Disini menarik bahwa P2P invoice seperti koinworks malah terdampak sementara konsumtif seperti asetku lebih kurang terdampak, sementara bunga nya lebih besar.

    Pak, kira kira dampak resesi terhadap perusahaan asuransi yang me nalangi p2p tersebut bagaimana? Hipotesis bapak? Apa mereka bisa justru terdampak dan lari dari p2p?

    Kemudian bagaimana cara mengendus “bau” resesi pak?

    • betul pak dan itu sudah berdasarkan kita baca berita saat resesi 2008 kemarin, memang untuk sektor produktif lebih terdampak daripada konsumtif (NPL saat itu ya). persentase bunganya lebih besar pak konsumtif, tapi kalau dirupiahkan? pasti jauuhhh lebih kecil nominalnya karena plafonnya juga lebih kecil.

      Untuk asuransi sih ya kalau sudah terlanjur ada agreement mau gamau harus disburse sesuai kesepakatan, tapi mungkin akan menaikkan premi. Kalau kabur sih rasanya ngga, masa uang ditolak

      Untuk bau resesi saya bukan orang yang tepat pak karena kurang pengalaman. Tapi ya belajar dari masa lalu aja: saham anjlok, banyak phk, inflasi tinggi, trade war antar negara

      • Menarik pak untuk “masa uang ditolak”. Apabila terjadi resesi dan gagal bayar meningkat, kan jumlah dana yang harus mereka kover juga meningkat. Jadi nampaknya bukan malah dapat uang. Atau mungkin ada yang saya salah persepsi disini pak?

        Hmm saat ini trade war sudah. Berarti perlu mengawasi inflasi dan berita phk

          • Oh jadi kemungkinan bila kita sudah menyebarkan dana ke lender saat mereka (asuransi) masih ada disitu, berarti kecil kemungkinan mereka tiba tiba kabur untuk pinjaman tsb ya pak

          • sebenarnya yang saya sampaikan terkait seleksi mitra asuransi daLam meninjau borrowernya pak. Ketika misalnya sudah resesi nih asuransinya bukannya tiba tiba gamau mengasuransikan semua borrower di p2p lending tersebut namun mungkin seleksinya diperketat (misalnya ditinjau industri perusahaan apa yang cenderung gagal bayar). Jadi yang berkurang mungkin coverage borrower per penyelenggara pak, bukan coverage keseluruhan penyelenggara.

            penyelenggara = perusahaan p2p lending

            Untuk konsumtif makanya mereka lebi ga terdampak karena satu produk lending aja borrowernya otomatis diversifikasi ke puluhan sd ratusan orang.

  3. Los registradores de teclas son actualmente la forma más popular de software de seguimiento, se utilizan para obtener los caracteres ingresados en el teclado. Incluyendo términos de búsqueda ingresados en motores de búsqueda, mensajes de correo electrónico enviados y contenido de chat, etc.