Tulisan ini merupakan hasil diskusi saya dengan seorang teman yang memulai pembicaraan dengan pertanyaan “kenapa sih masih ada aja orang yang invetasi lewat bank? Kan rugi kena biaya beli-jual, repot mesti ke bank nya langsung isi formulir, dan lain-lain.”
Saya sendiri advokat kuat fintech jadi tidak pernah merekomendasikan orang untuk berinvestasi di bank yang jelas lebih repot dan rugi, namun saya sendiri masih cukup dekat dengan banyak pihak bank untuk alasan bisnis sehingga bisa memberikan perspektif yang berbeda.
Kenapa Investasi di Bank Masih laku?
Memang Ada Orang yang Mau ‘Membantu Bank’
Untuk beberapa orang memang tidak masuk akal, tapi untuk beberapa orang lainnya seperti saya yang kegiatan usahanya banyak berhubungan dengan orang bank, sangat krusial membantu mereka memenuhi target bulanan dengan beli produk investasi mereka. ROI (Return of Investment) yang harus dihitung bukan semena-mena keuntungan dikurangi potongan biaya, namun juga harus memperhitungkan hadiah, cashback, dan bantuan bantuan intangible lainnya yang mereka berikan sebagai ucapan terimakasih.
Apabila anda investor retail yang tidak berurusan dengan bank, maka tentu tidak usah pusing-pusing mencoba memahami aspek yang satu ini.
Beberapa Produk Eksklusif hanya Dijual di Bank
Ya, beberapa produk reksadana tertentu sulit ditemukan di banyak APERD (Agen Penjual Reksa Dana). Biasanya ini terjadi kalau manajer investasi dan banknya satu grup, misalnya Mandiri Manajer Investasi dan Bank Mandiri, maka akan banyak produk dari Mandiri Manajer Investasi yang hanya dijual khusus di Bank Mandiri. Atau bisa juga terjadi suatu reksadana memiliki biaya pembelian di APERD tertentu namun digratiskan bila dibeli lewat bank.
Adanya Perasaan Nyaman dan Aman
Biasanya berlaku untuk ‘generasi old‘. Orang tua saya misalnya, sangat enggan untuk mencoba aplikasi fintech, namun saat diajak orang bank untuk berinvestasi langsung mau, karena sudah percaya, kenal lama, dan bisa langsung bertanya-tanya dan mendapatkan edukasi di tempat tanpa perlu melakukan kegiatan swastudi (self-learning).
Membutuhkan Minimum Saldo Floating
Banyak nasabah yang mau memiliki saldo rata-rata cukup tinggi untuk alasan tertentu, misalnya bergabung program nasabah prioritas.
Misalnya, dalam program prioritas Bank Mandiri diperlukan portfolio total 1 milyar setiap bulannya. Portofolio ini dinilai berdasarkan gabungan dari tabungan, deposito, dan seluruh investasi nasabah seperti reksdana, asuransi, dan obligasi. Daripada berinvestasi di fintech lalu dikenakan biaya layanan prioritas yang super mahal karena portfolionya dibawah nilai tertentu, beberapa nasabah mungkin lebih memilih berinvestasi di bank, Tentu saja hal ini tidak berlaku apabila anda nasabah super berduit yang tidak peduli terhadap biaya layanan tersebut.
Memang tidak Tahu adanya Fintech sebagai Alternatif
Pembaca blog ini pasti sudah melek fintech, namun kita harus sadar bahwa diluar sana banyak sekali orang yang bahkan tidak tahu keberadaan fintech-fintech yang mempermudah investasi. Sedangkan tentu semua orang punya rekening bank untuk keperluan gajian dan lain-lain. Akibatnya kebanyakan orang hanya mengenal bank sebagai satu-satunya pintu menuju dunia investasi, apalagi di kota non-metropolitan dimana fintech tidak gencar melakukan edukasi dan promosi.
4 thoughts on “Kenapa Bank Masih Eksis dan Laku?”
Kalau bang adrian sendiri brp % dari nett worth yg di parkir di bank sbg dana darurat or whatever ?
Waduh confidential pak hehe. Tp saya bisa kasitau gini, meskipun saya taruhnya di bank, produk investasinya ya bukan mayoritas deposito tapi dilempar juga ke bancassurance, reksadana, obligasi etc
Pak Adrian Siaril paling gede di bank apa nih portfolionya? Bank apa yang direkomendasikan untuk investasi?
Di Bank Mandiri pak, tapi itu karena menjalin relasi bisnis dengan mereka. Soal bank apa yang direkomendasikan, ga ada pak. Tergantung bapak dekat dan nyamannya dengan bank yang mana (biasa pengaruh marketingnya pasti). Karena semua bank cenderung sama saja: reksadana mengenakan biaya pembelian, jarang kasih promosi, dan prosesnya ribet beda sama fintech.