Sisa 3 hari lagi untuk membeli seri ORI018. Banyak yang tanya ke saya lebih baik beli surat utang lewat reksadana atau langsung? Saya coba jelaskan disini.
Sekilas
Keunggulan SBN
RISIKO LEBIH RENDAH
Meskipun RDPT juga memiliki risiko cenderung rendah, namun komponen investasinya memiliki risiko fluktuasi tergantung mekanisme pasar obligasi. Manajer investasi tidak menjamin bahwa modal anda tidak rugi ketika penjualan dilakukan.
Beberapa seri SBN (ORI dan SR) juga punya risiko fluktuasi harga sih, tapi kalau dipegang sampai jatuh tempo, maka modal dijamin tidak rugi sama sekali.
Di SBN, yang menjamin ‘anti rugi’ adalah negara Indonesia sendiri, yang tidak mungkin bangkrut.
Investasi Berdampak
Membeli SBN sama saja dengan meminjamkan uang kita kepada negara. Apalagi disaat pandemi seperti ini negara tentu membutuhkan anggaran lebih untuk menggerakkan ekonomi.
Setiap penerbitan SBN juga memiliki tema khusus yang memberikan gambaran kemana uang kita akan digunakan, sehingga investor yang peduli pada sektor tertentu dapat memberikan ‘sumbangan’ lebih di seri tersebut.
Retur Pasti dan Terprediksi
Apabila suka yang pasti, maka SBN tidak ada tandingannya. Berbeda dengan bunga bank yang naik turun sesuai acuan Bank Indonesia, retur SBN dipastikan tidak turun dibawah nilai yang dijanjikan di awal.
Malah untuk seri SBR dan ST, retur bisa naik tapi tidak bisa turun!
Sedangkan RDPT tidak memberikan retur yang terprediksi, tergantung dari performa underlying (aset yang menjadi komposisi) maupun kepiawaian si manajer investasinya.
Keunggulan RDPT
POTENSI RETUR
Potensi retur di reksadana pendapatan tetap jauh lebih tinggi daripada SBN yang ‘gitu-gitu’ doang, karena uang kita dikelola oleh para profesional yang memang sudah ahli, sehingga mereka bisa menukar komposisi yang kurang bagus dengan komposisi yang lebih bagus. Kita juga bisa dengan mudah mendapat capital gain bila tau kapan beli dan kapan jual.
Situasi makro ekonomi juga kerap memberikan potensi retur yang lebih besar, seperti yang terjadi di tahun 2019 dimana RDPT bisa mencapai retur 11% p.a karena investor asing memborong obligasi Indonesia baik yang diterbitkan korporasi maupun negara.
Likuiditas
RDPT bisa dibeli dan dijual kapan saja, tidak terpatok tanggal tertentu.
Sedangkan SBN hanya bisa dibeli di masa penawaran. Untuk penjualan, beberapa seri memiliki pasar sekunder dimana kita bisa menjual kepemilikan kita. Namun inipun harus menunggu beberapa bulan sejak tanggal awal pembelian.
Beberapa seri SBN lainnya tidak memiliki pasar sekunder namun bisa dicairkan dalam kurun waktu 1 tahun setelah dibeli.
Jadi SBN kurang ideal dijadikan ‘tempat parkir dana darurat’
Rekomendasi
RDPT
Meskipun risikonya juga rendah, tapi ada risiko kerugian kecil di jangka pendek, sehingga pemula yang belum paham risiko sebaiknya hanya menggunakan ‘alokasi investasi’ yang memang disisihkan khusus untuk waktu panjang. (misalnya bonus tahunan)
Bagi yang lebih berpengalaman, potensi retur RDPT bisa lebih tinggi daripada SBN, terutama di jangka panjang. Namun perlu aktif memantau kondisi market fixed income dan melakukan ‘jual-beli’ di waktu yang tepat untuk memaksimalkan capital gain.
Penting juga memahami komposisi RDPT yang kita beli – mayoritas diterbitkan negara atau korporasi? Menimbang kondisi pandemi sekarang banyak berdampak pada korporasi, ada baiknya memilih RDPT yang isinya diterbitkan negara.
SBN
Lebih cocok untuk pemula yang belum bisa toleransi kerugian sama sekali, namun harus rela mengeluarkan modal cukup besar untuk waktu yang panjang.
Apabila ada dana nganggur yang sudah lama ‘gatau mau diapain’, maka cocok dimasukkan kesini. Misalnya deposito masa kecil atau deposito keluarga yang bunganya terus menerus turun.
Bagi yang sudah paham investasi, ada baiknya membeli lebih banyak seri SR dan ORI agar bisa memanfaatkan capital gain di pasar sekunder, sedangkan pemula lebih baik borong seri SBR dan ST.
3 thoughts on “SBN vs RDPT – Surat Berharga Negara atau Reksadana?”
SBN bunganya saat ini gak menarik pak, usah kecil bgt utk ukuran simpanan jangka panjang, masih kena pajak lagi..
betul sih pak. sasaran marketnya adalah orang2 yang lari dari deposito pak. karena dia kan ada fixed spread yang menjadikan suku bunga BI sebagai acuan.
Saya lebih suka RDPU ketimbang RDPT krn RDPU asetnya jatuh tempo < 1 tahun. Resikonya relatif lebih kecil dari RDPT tapi returnnya kira2 mirip. Saya setuju, kalo bisa cek isi reksadananya, negara atau korporasi. Apalagi korporasi yg keliatannya lagi kesulitan.