Jumlah Lender atau Borrower – Mana yang Penting?
Banyak lender menganggap jumlah lender adalah angka penting untuk menilai kesehatan usaha sebuah perusahaan p2p lending. Itu tidak sepenuhnya salah, karena memang p2p lending membutuhkan lender untuk menjadi ‘p2p’ (mempertemukan lender dan borrower). Tanpa lender, perusahaan p2p sama saja dengan multifinance yang merogoh uang sendiri untuk mendanai pinjaman.
Namun, sebenarnya, dari pandangan perusahaan p2p lending, yang lebih penting jelas jumlah borrower. Disini saya akan jabarkan alasannya, dan semoga setelah membaca tulisan ini anda paham mengapa beberapa p2p lending terkesan cuek tidak pernah membangun relasi dengan lender, dan bahkan terkesan tidak menanggapi keluhan dan pertanyaan lender.
Setiap P2P lending punya VIP Lender
Saya tantang anda untuk menyebutkan satu p2p lending di Indonesia yang tidak memiliki VIP lender sama sekali. Semua p2p lending, bahkan mungkin yang di seluruh duniapun, mengandalkan suntikan dana dari VIP lender agar bisa sukses lahir dan berkembang. Tidak ada satupun p2p lending yang saya tahu yang sejak hari pertama berdiri langsung mendapatkan dan mengandalkan lender retail secara masif.
Banyaknya lender yang terdaftar di suatu penyelenggara memang merupakan pencapaian yang bagus dari sisi milestone dan publisitas, namun angka itu tidak berarti bila pasukan lender retail tersebut tidak mengucurkan dana yang berarti.
Kita harus sadar diri bahwa sebagai individual (perseorangan), tentu dana kita tidak sebesar perusahaan. VIP lender memang ada yang individual juga, tapi kelas ekonominya mungkin sudah jauh diatas kita.
Sehingga, wajar saja bila p2p lending cukup mengandalkan uang dari para VIP ini dan menganggap dana lender retail ‘uang receh’ yang ‘ada ya boleh, ga ada juga gapapa”
Penghasilan P2P datang dari Borrower, bukan Lender
Penghasilan p2p lending datang dari dua skema:
- Skema pertama adalah biaya provisi/admin, yang dikenakan saat pencairan pinjaman dengan basis perhitungan sekian persen dari jumlah total yang dicairkan. Misalnya sebuah p2p lending mencairkan pinjaman sebesar 200jt dan mengenakan provisi 1%, maka borrower hanya akan menerima 198 juta dan 2 jutanya untuk si penyelenggara.
- Skema kedua adalah spread, yakni selisih bunga yang diterima lender dan borrower. Misalnya borrower diberikan bunga 20% p.a, dan lender diberikan bunga 18% p.a. Maka 2% sisanya menjadi hak penyelenggara.
Ada p2p lending yang menggunakan salah satu skema diatas, atau malah menggunakan keduanya. Tapi bisa dilihat jelas bahwa komponen yang harus ada disana adalah ‘pencairan’, bukan penggalangan dana lender.
Dengan kata lain, yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup suatu penyelenggara adalah borrower.
Lender adalah Liabilitas
Lender juga manusia, manusia yang memiliki banyak keinginan dan maunya untung tanpa mau rugi. Semakin banyak lender, semakin banyak pula keinginan yang harus dipenuhi, karena setiap manusia berbeda-beda.
Lender VIP jumlahnya sedikit namun dananya besar, sedangkan lender retail jumlahnya besar namun dananya (lebih) sedikit. Dari sini bisa dilihat mana yang lebih ekonomis dan rasional untuk ‘dipelihara’.
Satu lender retail yang tidak puas bisa berkoar-koar di media sosial untuk menebarkan persepsi buruk ke lender lainnya, dan efek pembicaraan menjadi berlipat-lipat mempengaruhi calon lender yang bahkan belum mendaftar.
VIP lender perusahaan tentu tidak bisa berbuat demikian karena hubungannya profesional dan bersifat korporasi. Perwakilan perusahaan bertemu perwakilan perusahaan, dua duanya tidak kehilangan uang pribadi, jadi masalah dibicarakan secara baik-baik.
Bagaimana dengan VIP lender individual? Mungkin ada juga sih yang rewel seperti ritel, namun biasanya mereka mendapatkan perlakukan khusus dari penyelenggara, atau bahkan tidak peduli saking memiliki banyak uang. Tapi sekali lagi, jumlah lender VIP, baik retail maupun institusi, tidak banyak. Sehingga liabilitasnya pun lebih rendah.
Lender Mengurangi Keuntungan
Untuk menjaga lender agar tetap loyal dan tidak pindah layanan, penyelenggara harus membuat insentif seperti bonus pendanaan, program referral, acara, dan lain-lain. Hal tersebut tentu mengeluarkan uang.
Lain halnya dengan borrower yang sifatnya memang memerlukan uang. Mereka datang dengan sukarela untuk meminjam uang, tanpa perlu ‘dipengaruhi’ dengan iklan ataupun promosi.
Kalau kita telaah kenapa orang mau jadi borrower di p2p lending, alasannya ada banyak yang menguntungkan pihak borrower dan tidak menguntungkan lender sama sekali, misalnya:
- Syarat administrasi yang jauh lebih ringan daripada bank
- Proses keseluruhan yang lebih cepat daripada bank
- Bisa dapat uang tanpa agunan
- Penagihan ‘lebih cincay’
Yang menandakan bahwa seleksi borrower di p2p lending lebih mudah daripada bank. Makanya ada yang bilang, bahwa peminjam di p2p lending semuanya adalah orang yang memang tidak bisa dapat pinjaman di bank dan menjadikan p2p lending sebagai pelarian. Hal ini tentu menandakan risiko yang lebih tinggi bagi lender, meskipun disertai potensi retur yang lebih tinggi juga,
Jadi borrower datang dengan sendirinya, sedangkan lender harus dipaksa – paksa pakai biaya.
Kesimpulan
Beberapa p2p lending mungkin kelihatan bangga memamerkan jumlah lender terdaftar mereka, namun percayalah itu hanya untuk valuasi dan publisitas. Yang lebih penting dari mereka adalah jumlah borrower.
Namun ada juga beberapa p2p lending yang memang peduli, dan fokus, pada pengembangan lender retail. Anda bisa mengenali mereka dengan ciri-ciri yang sudah saya bahas disini.
Ingin belajar memilih kartu kredit terbaik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda?
pabila kamu pemula di dunia kartu kredit dan ingin mulai mengumpulkan cuan dari kartu kredit, maka kamu akan cocok bergabung di kursus C4: Cari Cuan Credit Card, dimana kita akan belajar:
- Bagaimana orang bisa naik pesawat gratis dari penggunaan kartu kredit
- Bagaimana kartu kredit bisa membuat kita berhemat ratusan ribu sampai jutaan rupiah setiap bulan
- Bagaimana cara agar tidak membayar biaya kartu kredit sama sekali
Ayo cek dan gabung sekarang dengan klik tombol dibawah!
karena tingginya spam, kolom komentar saya tutup sementara. Untuk menghubungi saya, dm saya di Instagram, Telegram, Tiktok (@adriansiaril), atau isi formulir dibawah ini.