Equity Crowdfounding atau P2P Lending?

Tren panas Peer to Peer (P2P) Lending belum selesai di Indonesia, malah sedang berkembang di puncak kepesatannya pada tahun 2019. Namun sudah ada lagi jenis fintech baru yang membuat orang makin bingung dan tertarik: Equity Crowdfunding.

Contoh dari fintech Crowdfunding adalah Bizhare atau Santara

Meskipun banyak yang menilainya mirip dengan P2P lending, faktanya kedua jenis fintech ini sangat berbeda dari segi risiko maupun operasional.

Tabel Perbedaan

 P2P LendingEquity Crowdfunding
RisikoGagal Bayar atau Kredit MacetUsaha Tidak Berkembang
ModalKecilBesar
MekanismeMeminjamkan uangMenanam modal dalam kegiatan usaha
Dampak SosialAda yang baik ada yang burukUmumnya sangat baik
LikuiditasTinggi sampai rendahKebanyakan Rendah
PilihanBanyak sekaliSaat ini masih terbatas

Kelebihan Equity Crowdfunding

Kelebihan dari equity crowdfunding umumnya berkaitan dengan terbukanya peluang dari segi investor maupun pelaku usaha yang sebelumnya tidak ada:

  • Orang dengan dana terbatas bisa memiliki kepemilikan (ownership) dalam kegiatan usaha sesuai pilihan mereka.
  • Usaha kecil dan menengah bisa lebih cepat melakukan ekspansi usaha melalui permodalan gotong royong untuk membuka cabang.
  • Dampak sosial dan ekonomi yang benar-benar terasa karena anda membuka lowongan kerja baru dan menggerakkan roda ekonomi.
  • Return yang dihasilkan bisa lebih tinggi daripada perhitungan awal bilamana usaha berkembang pesat.

Kekurangan Equity Crowdfunding

Sedangkan kekurangan equity crowdfunding berkaitan erat dengan transparansi dan kredibilitas:

  • Butuh minimal modal yang lebih besar untuk turut investasi sehingga tidak terbuka bagi sebagian besar masyarakat.
  • Risiko cenderung lebih besar (baca penjelasan detailnya dibawah).
  • Bentuk fintech ini masih baru sehingga aturannya belum seketat P2P lending dan instrumen investasi lainnya.
  • Return bisa saja lebih rendah karena usaha tidak berkembang.

Risiko Equity Crowdfunding

1. Kredibilitas Penyelenggara Crowdfunding sebagai Analis

Menganalisa suatu kegiatan usaha tidak semudah menganalisa kemampuan perusahaan/seseorang untuk melunasi hutang mereka. Lebih banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti kinerja finansial, potensi market, respons masyarakat, dan lain-lainnya.

Faktor-faktor tersebut juga belum bisa dianalisa oleh mesin/kecerdasan buatan sehingga terpaksa mengandalkan opini manusia yang bisa saja subjektif dan tidak jujur. Sehingga apabila pihak penyelenggara crowdfunding tidak objektif atau kompeten dalam menyajikan laporan kepada calon investor, maka ramalan keuntungan bisa saja meleset jauh.

Hal ini diperparah apabila penyelenggara crowdfunding mengejar target untuk menyajikan proyek pendanaan sebanyak banyaknya. Pasti mereka ‘mengkatrol’ (sengaja menaikkan dari yang sepantasnya) penilaian mereka agar lebih banyak investor yang tertarik untuk turut mendanai. Sebab apabila analisa nya kelihatan buruk, tentu tidak ada yang ingin mendanainya. Apabila tidak ada yang mendanai, maka penyelenggara crowdfunding tidak akan mendapat untung untuk operasional mereka.

2. Kredibilitas Pengelola Usaha Sebagai Penerima Modal

Risiko yang ini sebenarnya mirip dengan risiko dalam P2P lending dimana penerima modal kita bisa saja gagal untuk memanfaatkan modal yang kita pinjamkan dengan sebaik-baiknya.

Usaha yang kita danai bisa saja tidak memenuhi ekspektasi sehingga merugi. Jika demikian, tentu anda tidak mendapatkan apa-apa.

Bedanya, dalam P2P lending, biasanya ada agunan atau asuransi yang melindungi modal anda. Dalam equity crowdfunding ini belum ada mekanisme yang meminimalkan risiko investasi anda.

Sehingga untung rugi investasi anda seratus persen bergantung pada kesuksesan usaha yang anda danai, terutama pada pihak-pihak yang ada dibelakangnya (termasuk penyelenggara crowdfunding yang membimbing dan mengawasi mereka).

Sayangnya, karena model investasi ini masih baru juga, maka belum ada rekam jejak yang bisa kita gunakan sebagai pacuan, perihal penyelenggara mana yang paling sukses memitigasi risiko dan memilih usaha yang berkualitas.

3. Risiko dari Lamanya Tenor Investasi

Apabila anda pernah membaca ulasan saya tentang iGrow atau P2P lending pertanian lainnya, maka saya cukup mengkhawatirkan model investasi yang memiliki tenor jangka panjang (diatas satu tahun). Sebab banyak hal buruk yang bisa terjadi sebelum investasi anda jatuh tempo.

Sama halnya dengan equity crowdfunding. Anda mendanai kegiatan usaha yang membutuhkan waktu lama untuk beroperasi penuh dan menghasilkan keuntungan untuk mengembalikan modal anda. Anda harus sabar karena hal ini akan memakan waktu berbulan bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Bisa saja usaha yang anda danai baik-baik saja di tahun pertama, namun di tahun kedua mengalami anjlok karena satu dan lain hal.

4. Penanganan Kerugian

Dalam hal pinjaman gagal bayar di P2P lending, masih bisa dilakukan pencairan agunan atau penagihan hutang. Namun bila kegiatan usaha merugi, satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah menambahkan modal baru untuk restrukturisasi kegiatan usaha, atau menghentikan kegiatan usaha sepenuhnya.

Apabila menghentikan kegiatan usaha dalam posisi rugi, akan dilakukan yang namanya likuidasi, yaitu menjual semua aset usaha yang masih ada untuk mengembalikan modal investor. Sayangnya, likuidasi hanya akan mengembalikan sedikit sekali dari modal yang sudah hilang, berbeda dengan agunan yang biasanya memiliki nilai sama atau melebihi nilai pinjaman yang diajukan.

Sehingga apabila merugi, sudah pasti modal anda hilang cukup banyak, bahkan seluruhnya.

Kesimpulan dan Pendapat Saya

Saya sangat mendukung equity crowdfunding dan kemungkinan besar akan berpartisipasi dalam salah satu pendanaannya. Namun saya kurang bisa merekomendasikan model investasi ini untuk khalayak umum, karena masih banyak model investasi lain yang lebih mudah dan rendah risiko.

Equity crowdfunding mungkin akan menjadi rekomendasi saya beberapa tahun kedepan, apabila sudah ada metode yang kuat untuk meminimalkan risikonya, serta apabila sudah ada aturan yang jelas dari OJK tentang mekanisme investasi ini.

Apabila anda mau mencoba crowdfunding saat ini, maka rekomendasi saya jatuh kepada Bizhare, karena saya mengenal pendirinya secara langsung. Selain itu, pendanaan di Bizhare juga bervariatif (banyak macamnya untuk diversifikasi) dan hampir semuanya berhasil menggalang dana dalam waktu cepat.

 

Ingin belajar memilih kartu kredit terbaik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda?

pabila kamu pemula di dunia kartu kredit dan ingin mulai mengumpulkan cuan dari kartu kredit, maka kamu akan cocok bergabung di kursus C4: Cari Cuan Credit Card, dimana kita akan belajar:

  1. Bagaimana orang bisa naik pesawat gratis dari penggunaan kartu kredit
  2. Bagaimana kartu kredit bisa membuat kita berhemat ratusan ribu sampai jutaan rupiah setiap bulan
  3. Bagaimana cara agar tidak membayar biaya kartu kredit sama sekali

Ayo cek dan gabung sekarang dengan klik tombol dibawah!

C4: Cari Cuan Credit Card
C4: Cari Cuan Credit Card
Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 632

CATATAN!

karena tingginya spam, kolom komentar saya tutup sementara. Untuk menghubungi saya, dm saya di Instagram, Telegram, Tiktok (@adriansiaril), atau isi formulir dibawah ini.