Bagaimana Menulis Pantun dan Ritme

Ketika bermain ke Surabaya beberapa waktu lalu, teman baik saya Cindy (@cinfyfelisiantj) bertanya kepada saya “Bagaimana menulis pantun atau sastra yang beritme?”

Tadinya ia menginginkan video lesson direkam dan dipublish langsung di Instagram, tapi saya tidak kelihatan cakap didepan kamera. Tentunya saya lebih memilih menulis disini supaya lebih abadi dan bisa menjangkau lebih banyak orang.

Saya sendiri juga hanya hobi menulis, bukan sastrawan dengan gelar, jadi semoga saja panduan ini membantu. Kalau tidak, ya mohon maaf 🙁 Lagipula, namanya bentuk seni tentu sulit diajari karena tergantung pada intuisi setiap orang, bukan teori dan pengajaran.

Langkah Pertama: Tentukan Pesan Yang Ingin Disampaikan, dalam format dua kalimat!

Pesan yang ingin disampaikan HARUS dalam format dua kalimat, karena tentunya puisi itu harus dalam format AB-AB. Dengan kata lain, bila kalimat pertama berakhiran ‘AN’, maka kalimat ketiga harus berakhiran ‘AN’ juga. Demikiaan juga kalimat kedua dan keempat harus diakhiri bunyi vokal yang sama.

Apabila hanya kepikiran satu kalimat sebagai pesannya, maka cari saja kalimat lain yang bisa melengkapi pesan yang ingin disampaikan. Contohnya:

Pesan: Selamat Ulang Tahun!

Tambahan: Semoga Panjang Umur!

Pesan: Kenapa dirimu bodoh sekali?

Tambahan: Sampai-sampai hal seperti itu saja tak bisa?

Pesan: Hebat sekali ya dirimu

Tambahan: Aku sampai terkagum-kagum.

Langkah kedua: Cari kata-kata yang memiliki akhir vokal sama dengan pesan yang ingin disampaikan.

Misalnya, pesannya adalah:

Selamat bersenang senang

Jangan lupa bawa cinderamata

Maka cari kata – kata dengan akhiran “ANG” dan kata-kata dengan akhiran “TA”. Buat daftar yang terpisah

Akhiran ANG: Berenang, belalang, jarang, berang (-berang), serang

Akhiran TA: Kereta, Cerita, Berita, Cita-cita

Untuk pemula, buatlah daftar sebanyak banyaknya agar mempermudah langkah selanjutnya!

Langkah Ketiga: Coba buat kalimat berdasarkan dua kata yang telah dipilih.

Tentunya dua kalimat yang dibuat tersebut harus menjadi kalimat yang berhubungan. Apabila kesulitan, jangan menyerah dan coba kombinasi lain. Misalnya kombinasi pertama yang dicoba adalah

Berenang dan Kereta.

Rasanya sulit karena jarang ada hubungan antara berenang dan kereta. Tapi bisa dipaksakan, mungkin menjadi

Jauh – jauh ke Bandung sampai harus berenang

Padahal toh bisa naik kereta

Selamat bersenang senang

Jangan lupa bawa cinderamata

Sepertinya bagus untuk efek komikal!

Tapi mari coba contoh lain yang lebih serius.

Berang dan Cita – Cita

Apabila gagal hendaklah jangan berang

Karena masih banyak kesempatan untuk menggapai cita-cita

Loh! Malah menjadi pesan. Ingat, dua kalimat pertama dalam pantun sebaiknya berisi analogi yang berkaitan dengan pesan selanjutnya. Apabila kalimat pertama dan kedua juga merupakan pesan, sebenarnya tidak apa-apa, namun lebih cocok disebut ritme ketimbang pantun. Ayo coba sekali lagi!

Belalang dan Cerita

Adik kecil menemukan sang belalang

Langsung pulang untuk bercerita

Selamat bersenang senang

Jangan lupa bawa cinderamata

Nah, ini baru bagus! Ada hubungan antara ‘menemukan’ kesenangan serta belalang, dan sebagai akibatnya (efek kausal), maka ada yang dibawa pulang (cerita dan cinderamata).

Kuncinya adalah sering-sering mencoba, maka akan mudah menemukan relasi tersembunyi dibalik kata-kata! 🙂

Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 599

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.