Sang P2P Lending Penuh Masalah

Karena saya sangat mengedepankan asas transparansi, saya jujur ingin sekali menulis artikel ini dengan menyebutkan secara blak – blakan nama pihak yang saya sindir disini, namun saya sangat takut dengan mereka karena mereka terlihat bertindak sekuat tenaga membungkam seluruh pihak yang membuka jeroan mereka.

Saya bisa saja menulis nama mereka dengan cara disensor, namun sialnya ada P2P lending lain yang namanya mirip sekali sehingga bila saya sensor satu huruf atau dua, anda mungkin jadi salah kaprah soal pihak yang dibahas.

Namun, apabila anda memang pembaca lama di blog saya, tentu seharusnya anda sudah tahu P2P lending mana yang dibahas dalam artikel ini, karena banyak sekali petunjuk dan fakta yang tersedia.

Nah, semenjak saya menulis ulasan tentang P2P lending tersebut, kondisi P2P lending tersebut bukan malah membaik seperti yang mereka janjikan di awal tahun 2019, namun makin buruk hancur parah berantakan. Tulisan ini akan membahas tentang ‘perkembangan’ (atau harus saya sebut kemunduran) p2p lending ini sampai detik ini.

Saya harus sampaikan bahwa tulisan ini murni hanya sebagai informasi, sindiran, dan sarkasme yang semoga bisa menyadarkan orang – orang dibalik p2p lending ini (meskipun kuping mereka rasanya sudah penuh dengan kotoran). Saya juga harus menyampaikan bahwa saya TIDAK DIRUGIKAN sepeserpun oleh p2p lending ini, karena modal saya yang sempat nyangkut sudah dikembalikan sepenuhnya. Saya memang cukup beruntung, tidak sesial teman – teman investor saya yang investasi jauh lebih tinggi daripada saya dan dananya masih nyangkut sampai sekarang.

Untuk mempermudah penulisan, kita akan gunakan nama samaran ‘gagak‘ untuk menyebut p2p lending ini.

Investor Dibungkam

Saya pernah juga bekerja sebagai social media officer yang bertugas memoderasi diskusi dan postingan para komunitas, dan menghapus komentar yang tidak pantas memang sudah merupakan tugas sehari hari saya.

Namun si gagak ini bukan hanya menghapus komentar investor – investor yang mengungkapkan kemarahan di LinkedIn mereka, namun juga mengancam akan mempidanakan orang-orang yang berkomentar tersebut menggunakan UU ITE.

Hal ini menurut saya benar-benar gila. Mereka juga memohon di grup agar tidak berkomentar di LinkedIn mereka karena “investor kami harus melihat perkembangan baik dari kami“. Mereka berusaha membangun image yang bagus untuk penyuntik dana mereka meskipun aslinya mereka hancur berantakan.

Saya tidak tahu bagaimana situasi di Facebook, namun firasat saya berkata bahwa disana keadaannya lebih kacau karena Facebook cenderung lebih ramai dibandingkan Linkedin yang fokus pada komunitas profesional.

Ketahuan Mengkatrol Nilai Risiko

Saya sejak awal curiga kenapa salah satu proyek saya yang dinilai memiliki risiko rendah bisa sampai terjadi telat bayar (tidak ada denda keterlambatan yang saya dapatkan pula). Ternyata kecurigaan saya ini terjadi juga pada rekan rekan investor lainnya. Mayoritas proyek yang dikategorikan risiko rendah malah terjadi macet bayar dan bahkan gagal bayar!

Lucunya, setelah ditelusuri, banyak dari proyek macet tersebut ternyata berasal dari mitra yang sama. Misalnya, si gagak ini menggalang dana untuk seseorang bernama Astolfo, nah si Astolfo ini memiliki 5 proyek yang didanai investor gagak dan semuanya bermasalah! Lebih lucunya lagi, banyak dari proyek Astolfo ini dimulai pada waktu yang berbeda-beda. Dengan kata lain, gagak sengaja memperbolehkan Astolfo untuk menggalang dana proyek baru meskipun proyek sebelumnya masih bermasalah!

Menurut pengakuan tim marketing gagak yang pernah saya temui, hal ini karena gagak justru mau ‘menutupi kerugian’ proyek lama Astolfo dengan cara menyuruhnya menjalankan proyek baru yang keuntungannya ‘diharapkan’ bisa menutupi kerugian proyek sebelumnya. Tentu saja hal ini berarti gagak melakukan gali lobang tutup lobang. Dan lobang baru yang digali malah dinilai sebagai ‘risiko rendah‘.

Hal ini jelas berkebalikan dengan p2p lending lain seperti Danamart, yang bilamana menerima pinjaman dari mitra yang memiliki sejarah pengembalian dana macet sebelumnya, akan menurunkan nilai analisa kredit terhadap mitra tersebut (contohnya Jean pertama kali meminjam kepada Danamart memiliki rating B, lalu karena di pinjaman pertama tersebut telat melunasi satu minggu, maka di pinjaman Jean selanjutnya, Danamart setidaknya akan memberikan nilai C alias turun derajat)

Untuk mempelajari bagaimana p2p lending lain mengatasi risiko gagal bayar seperti ini, baca artikel ini.

Kelakuan Tim Manajemen

Jajaran manajemen gagak ini tidak pernah serius menanggapi keluhan para investor. Bila ada yang berhasil menghubungi mereka secara langsung, mereka akan dengan baik hati memberikan nomor kontak anak buahnya yang dapat kita jadikan pelampiasan. Jajaran manajemen gagak ini malah sibuk berfoto ria menerima banyak penghargaan yang tidak mencerminkan kinerja mereka yang sesungguhnya. Satu per satu piala dan piagam disabet dari minggu ke minggu, karena siapapun yang memberikan penghargaan tersebut tidak pernah tau apa yang terjadi sebenarnya.

Saya dulu sangat bangga dengan pendiri gagak ini, karena ia, sama dengan saya, merupakan kaum minoritas ganda yang mempunyai visi membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi. Namun melihat kelakuan beliau sekarang, saya sungguh malu karena ia telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang dulu mengaguminya seperti saya.

Saya sadar menjalankan bisnis itu tidak tidak mudah, apalagi bila model bisnisnya bergantung pada uang masyarakat luas dan kaum unbankable, namun alangkah baiknya dalam masalah, para pendiri dan pemimpin tidak membiarkan pengguna memiliki persepsi negatif tentang produk mereka. Dalam bahasa Inggris, tindakan ini disebut dengan customer alienation.

Tanpa maksud sengaja membanding-bandingkan, kita perlu melihat Akseleran dan Vestifarm, yang meskipun sering menghadapi pembayaran telat maupun proyek gagal, namun tetap mengedepankan transparansi kepada investor dengan cara merilis update berisi akar permasalahan, penanggulangan, sampai solusi yang ditargetkan. Bila seperti ini, meskipun investor tahu uangnya terancam hilang, namun kekecewaannya terkontrol karena percaya bahwa penyelenggara p2p lending berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan modal mereka (dalam kasus Akseleran bisa sampai tindakan pidana, dalam kasus Vestifarm mengganti rugi menggunakan dana perusahaan).

Hal ini tentu sangat berbeda dengan gagak yang selalu diam diam saja bila ada proyek yang terkendala. Ketika ditanya, baru dijawab, itupun dijawabnya tidak lengkap, ditunda-tunda, dan diputar-putar seolah-olah tidak mau menjabarkan fakta yang sebenarnya.

Para investor kecewa berkumpul

Bukan hanya rakyat Indonesia yang sibuk mengkoordinasikan unjuk rasa di jalanan, namun para investor gagak ini juga sedang sibuk mengumpulkan anggota di grup Telegram dan Whatsapp untuk menyusun rencana tuntutan bersama.

Sejauh ini saya berpartisipasi sebagai pemantau di grup tersebut agar bisa menulis artikel ini, dan mereka sudah berhasil mengumpulkan data kerugian para investor yang nilainya mencapai ratusan juta (mungkin sebenarnya lebih, namun tidak terdata semua).

Semua cerita investor di grup tersebut sama, yakni mengeluhkan bagaimana si gagak ini sangat tidak transparan terhadap kondisi uang para investor. Saya juga harus menegaskan bahwa komunitas ini berisi orang-orang terdidik yang paham betul risiko investasi, bukan orang-orang yang bermental ‘asal mau untung’. Namun sekali lagi, yang menjadi sumber utama kekesalan mereka adalah bagaimana gagak memperlakukan mereka secara tidak transparan dan terkesan main main menanggapi investor.

Kerugian tim investor kecewa ini memiliki range yang sangat luas, dari kecil (dibawah 1 juta) sampai cukup besar (seharga motor bahkan mobil). Saat ini pihak gagak katanya sudah setuju untuk bertemu mereka secara baik baik di tanggal 12 Oktober 2019. Semoga saja pertemuan ini membuahkan hasil yang memuaskan.

Membuat produk aplikasi lain

Saat bisnis P2P lendingnya bermasalah seperti ini, si gagak ini malah memanfaatkan uang investor untuk meluncurkan produk baru dalam bentuk aplikasi pembayaran.

Sangat umum dalam bisnis bila satu produk tidak membuahkan hasil, maka harus ada rencana cadangan untuk menyelematkan perusahaan.

Namun, perusahaan yang baik akan melakukan pembenahan terlebih dahulu pada produk yang pertama, agar pengguna produk tersebut tidak tertinggal dalam kekacauan.

Sayangnya, hal itu tidak dilakukan si gagak ini. Produk pertama mereka yang kita gunakan makin lama makin hancur, sedangkan mereka sibuk membuat produk kedua demi memperbaiki kondisi perusahaan mereka.

Sekali lagi, gagak melakukan gali lobang tutup lobang, namun kali ini bukan menggunakan uang investor produk mereka (kita), melainkan invesor venture capital mereka.

Staf banyak sekali yang keluar

Saya pernah mewawancarai bekas karyawan mereka, yang keluar karena alasan ‘ada efisiensi’. Pasangan saya juga pernah menerima beberapa lamaran yang merupakan bekas karyawan mereka, yang tidak mau menceritakan alasan mereka keluar dari perusahaan tersebut.

Pihak marketing gagak yang sempat menemui saya untuk berdiskusi bahkan mengakui bahwa turnover pegawai di tempat mereka sangat tinggi, dan ironisnya, si marketing yang dulu menemui saya tersebut juga sekarang sudah meninggalkan gagak dan bekerja di Shopee.

Sekarang pihak gagak juga sedang membuka lowongan untuk head of operations, suatu posisi yang bisa dibilang manajemen tingkat tengah. Apakah manajemen yang sebelumnya juga sudah mulai kabur?

Kondisi keuangan memang menjadi indikator penting performa suatu perusahaan, namun bila karyawan tidak ada yang betah bekerja di perusahaan tersebut, tentu ada bau bau tidak enak yang tercium dari luar.

Ulasan yang Hancur Berantakan

Bukan hanya di blog ini, namun juga Google Review, Play Store Review, Kaskus, dan review di semua tempat lainnya sudah menjelek-jelekkan si gagak ini.

Si gagak baru saja mengaktifkan kembali Twitter mereka dan baru berbenah membalas tweet dari berbulan – bulan lalu. Sayangnya response mereka hanya copy-paste yang menganjurkan para pengeluh untuk menghubungi mereka secara langsung ketimbang marah-marah di publik.

Klasik.

Mendakwah Blog ini ‘Tidak Adil’

Pertemuan terakhir saya dengan representatif terbaru mereka (yang entah akan betah disana atau tidak) sebenarnya berlangsung cukup kondusif, karena saya bersama beberapa investor lain berhasil menuntut kepastian terhadap proyek – proyek yang mangkrak selama ini.

Namun dalam pertemuan tersebut saya diinformasikan bahwa banyak dari staf gagak yang menganggap blog saya tidak adil karena 2 alasan:

  1. Bahwa saya tidak memiliki dana nyangkut
  2. Bahwa saya tidak lagi menggunakan gagak selama 1 tahun lebih

Alasan tersebut memang benar, namun saya tidak paham kenapa saya tidak boleh mengkritisi gagak hanya karena saya tidak lagi menggunakan gagak. Justru saya berhenti menggunakan gagak karena saya semenjak awal kecewa dengan pelayanan mereka. Uang receh saya saja nyangkut, lalu kenapa saya harus menaruh uang lebih banyak di platform mereka dan tetap menggunakannya? Kan tidak masuk akal.

Mereka keberatan saya tidak memperbaharui ulasan saya, padahal kenyataannya sampai tulisan ini dimuatpun, belum ada pembaharuan signifikan yang bisa menenangkan hati para investor nyangkut. Desember 2018 pertama kali saya bertemu mereka dan mereka berjanji dalam 3 bulan kedepan akan ada pembaharuan. Saya cek di bulan Maret belum ada perubahan apa-apa. Lalu staf Facebook mereka menghubungi saya dan berkata SUDAH ada perubahan.

Saya cek, masih belum juga ada yang berubah. Proyek macet tetap tidak ada keterangan, sistem website masih sering macet, dan belum juga ada program referral yang katanya akan diterapkan (meskipun sekarang akhirnya ada). Jadi apa yang perlu saya perbaharui?

Saya rasa mereka memang agak geger otak, mengingat blog ini justru naik daun karena keadilannya yang luar biasa. Saya tidak pernah dongkrak nilai hanya karena insentif tertentu. Ajaib, dan Akseleran, meskipun menjadi dua sumber penghasilan terbesar saya, tetap saja saya kritisi. Sedangkan Koinworks dan Modalrakyat yang songong tidak pernah tata krama dengan saya tetap saja saya berikan penilaian bagus, karena semuanya memang dinilai menggunakan standar tertentu yang bisa dibuktikan sendiri oleh semua orang.

Memang kalau sudah terpojok itu, orang jadi banyak alasan ya.

Kesimpulan

Harusnya anda bisa dengan mudah menyimpulkan siapa sih si gagak ini. Bahasa inggris gagak apa hayo? Dan bila anda belum investasi disini, maka janganlah berpikir untuk mau menaruh uang disini. Masih banyak p2p lending lain yang lebih bagus.

Apabila anda sudah berinvestasi disini dan mau ikut ikutan bergabung untuk menuntut mereka, hubungi saya agar anda bisa saya kenalkan dengan pihak yang tepat.

Saya berharap tulisan ini bukan saja menjadi sebuah kritik, namun juga merupakan edukasi kepada semua orang bahwa P2P lending yang saat ini marak berkembang bisa juga menjadi batu sandungan bila tidak dikelola dengan baik. Sialnya, investasi ini masih baru sehingga blunder seperti ini akan menimbulkan persepsi buruk pada masyarakat, dan belum ada badan di Indonesia yang bisa secara resmi menghardik badan P2P lending.

Salam bantu petani!

Eh salah, salam bantu burung maksudnya,

Ingin belajar memilih kartu kredit terbaik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda?

pabila kamu pemula di dunia kartu kredit dan ingin mulai mengumpulkan cuan dari kartu kredit, maka kamu akan cocok bergabung di kursus C4: Cari Cuan Credit Card, dimana kita akan belajar:

  1. Bagaimana orang bisa naik pesawat gratis dari penggunaan kartu kredit
  2. Bagaimana kartu kredit bisa membuat kita berhemat ratusan ribu sampai jutaan rupiah setiap bulan
  3. Bagaimana cara agar tidak membayar biaya kartu kredit sama sekali

Ayo cek dan gabung sekarang dengan klik tombol dibawah!

C4: Cari Cuan Credit Card
C4: Cari Cuan Credit Card
Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 631

CATATAN!

karena tingginya spam, kolom komentar saya tutup sementara. Untuk menghubungi saya, dm saya di Instagram, Telegram, Tiktok (@adriansiaril), atau isi formulir dibawah ini.