Kontroversi P2P Lending Asetku

Tulisan ini adalah follow up dari review Asetku. Asetku adalah satu-satunya yang memiliki dua ‘review’ di blog ini karena terlalu banyak yang harus dibahas dan memiliki banyak kontroversi, sehingga hadir tulisan ini sebagai bahasan tambahan.

Saya ingat benar nasihat dari Panji Pragiwaksono saat saya mengikuti salah satu stand-up comedy beliau. Dia bilang, bisnis yang sukses itu harus seperti buah Durian, 50% populasi benci sekali, 50% nya suka sekali. Saya rasa di dunia P2P lending, filosofi ini berhasil diterapkan oleh Asetku.

Asetku selalu menjadi target polemik dua kubu yang sama-sama fanatik. Ada beberapa orang yang tanpa alasan dan tanpa tujuan tidak berhenti – hentinya membeberkan kejelekan Asetku, mulai dari mengkaitkan laporan keuangan Akulaku dengan keamanan Asetku, sampai menyebarkan kecurigaan bahwa Asetku tidak lain adalah skema ponzi yang jelas-jelas tidak mungkin, berhubung Asetku sudah tergabung AFPI dan terdaftar OJK. Lucunya, kebanyakan orang golongan ini justru tidak mendapatkan manfaat finansial apapun dari negatifitas Asetku. Mereka bukan staf P2P lending lain atau korban Asetku ataupun Akulaku, pokoknya mereka senang saja liat Asetku ditinggalkan.

Di sisi lain, ada golongan yang di cap “Diehard Fans Asetku“, (DFA) suatu istilah yang diberikan untuk orang-orang yang mereka klaim “belum menyadari risiko Asetku”. Istilah di dunia agama mungkin “mereka yang belum ‘enlightened‘”. Golongan ini menikmati Asetku dan menganggap Asetku memang oke-oke saja. Selama nothing bad happens, why think bad? Kadang-kadang golongan ini malah terlalu bias dan mengabaikan fakta apapun tentang negatifitas Asetku.

Golongan manakah saya? Sebagai pengamat industri fintech dan reviewer yang berusaha objektif, saya berusaha tidak menjadi keduanya, meskipun banyak yang menuduh saya ada di golongan kedua karena memiliki mayoritas portfolio di Asetku, meskipun faktanya saya juga punya banyak portfolio di Danamart, Koinworks, Danain, Mekar, Amartha. Daftar lengkap portfolio saya bisa ditinjau disini.

Namun dalam tulisan ini, saya akan sepenuhnya berpihak pada DFA dan menjabarkan kritik kritik terhadap Asetku yang menurut saya diluar akal sehat.

Produk baru Asetku, Flexi+ itu illegal karena memiliki tenor fleksibel

Model tenor fleksibel ini sudah lebih dulu diterapkan oleh Easycash semenjak hampir 2 tahun, dan sudah saya tanyakan ke OJK dan mereka bilang model ini sah-sah saja. Tidak ada yang salah, jadi kenapa harus disalah-salahin?

Kalau memang semua investasi yang bersifat fleksibel itu illegal, berarti Flexi Saver nya Jenius ilegal dong? Berarti reksadana pasar uang Tokopedia ilegal dong?

Fleksibilitas itu ada harganya, yaitu return. Apabila anda perhatikan, deposito yang tidak mengenakan pinalti pencairan juga cenderung memiliki retur yang jauh lebih rendah, misalnya bank BCA. Hal ini normal dan bisa dicapai melalui manajemen risiko ilmu aktuaria, dimana retur diserap lebih banyak oleh pihak pengelola uang untuk mengantisipasi pencairan dana yang dilakukan secara tidak terduga oleh nasabah.

Asetku Itu Ponzi, karena Tenor Peminjam dan Pendanaan Ga Cocok!

Di Danamart, Mekar, Koinworks, Easycash, Uangme semua menyediakan model investasi yang tenor investasinya tidak sesuai dengan peminjam kok. Kok bisa? Ya kenapa ngga bisa? Kan dana peminjam bisa dialokasikan sesuai kebutuhan dan bahkan dibantu oleh kecerdasan buatan. Belum lagi bila ada peminjam yang memang di ‘reserve‘ khusus untuk kebutuhan tertentu.

Misalnya, di Danamart untuk program VIP harus menyediakan standby fund sejumlah tertentu untuk durasi 1 tahun penuh, padahal di Danamart tidak pernah ada tuh peminjam yang tenornya 1 tahun, adanya 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dll. Dana anda selama setahun tersebut ya diputar putar di tenor yang berbeda – beda.

Saya juga baru ikutan program special Robo di Koinworks untuk tenor 1 bulan dengan fixed return 11%, padahal kalau anda memperhatikan daftar pinjaman di Koinworks selama sebulan terakhir, jelas-jelas tidak ada peminjam dengan tenor 1 bulan sama sekali.

Di Mekar ada program dengan durasi 3 s/d 6 bulan, padahal kalau lihat daftar peminjamnya hanya ada tenor 11 doang, karena peminjam tenor pendek memang tidak dipublikasikan. Mekar juga memiliki program compounding 12 dan 24 bulan, padahal tidak ada peminjam dengan dua tenor tersebut.

Saya juga mendapat informasi bahwa Amartha pernah menawarkan program compounding dimana kita menitipkan sejumlah dana dalam waktu tertentu untuk diputar secara otomatis di pinjaman yang tersedia.

Intinya, apa salahnya jika tenor investasi kita tidak cocok dengan tenor peminjamnya? Ini bukan masalah kita kok, ini urusan penyelenggaranya yang mengelola uang kita. Anggap saja anda beli reksadana: memangnya kalau anda beli reksadana, anda bisa perintah manajer investasinya untuk masuk saham apa, kapan belinya, kapan jualnya, dan lain-lain?

Peminjam Asetku itu Fiktif, Karena Identitasnya Disembunyikan!

Sudah menjadi aturan resmi OJK dan AFPI bahwa identitas peminjam p2p lending memang harus disembunyikan, kecuali dalam kejadian khusus misalnya seperti mediasi antar borrower-lender atau pengecualian khusus seperti yang diberikan kepada PinjamanGo atau Mekar.

Jadi Asetku tidak melanggar apa-apa di aspek ini. Malahan Asetku terlalu banyak melakukan perubahan dalam waktu singkat karena terlalu banyak mendengarkan masukan orang-orang, misalnya:

  1. Dulu kita tidak bisa melihat sama sekali uang kita akan dialokasikan ke berapa orang, sekarang sudah bisa
  2. Dulu nama peminjam di enkripsi sehingga hurufnya acak, lalu sekarang enkripsi sudah dibuka karena dikritik kurang transparan, meskipun sebagian namanya memang disensor
  3. Nomor KTP dulu tidak ada, lalu sekarang dijabarkan sebagian angkanya untuk meningkatkan transparansi

Kendati demikian masih ada saja yang bilang Asetku kurang transparan dan malah minta nomor KTP dan nama lengkap tidak disensor, ditambah pajang foto selfie si peminjamnya. Bukankah ini malah sama saja menyuruh Asetku melanggar aturan yang sudah diteken oleh otoritas?

Asetku Mau Bangkrut Lho, Akulaku di Mintos di Suspend

Ini memang fakta yang benar. Akulaku di Mintos (marketplace P2P lending internasional) sedang bermasalah sejak Maret karena banyak pinjamannya yang macet. Mereka berkata karena PSBB di Indonesia, menghalangi tim kolektor mereka untuk menagih hutang di lapangan sehingga banyak pinjaman yang tidak tertagih. Sampai disini masih benar.

Yang tidak benar adalah berkata bahwa Asetku ikut-ikutan akan bermasalah gara-gara Akulaku di Mintos di suspend. Apakah anda lupa Akulaku dan Asetku ini dua entity yang berbeda? Apakah anda tidak tahu bahwa borrower yang ada di Asetku klasifikasi risikonya berbeda total dengan yang ada di Mintos? Justru di Asetku kita mendapatkan pinjaman yang tingkat risikonya rendah, sedangkan yang jelek-jelek ‘dilempar’ ke Mintos untuk diambil investor Asing. Bunga yang ditawarkan di Mintos juga jauh lebih rendah, karena secara ilmu aktuaria mereka sudah memperhitungkan tingkat risiko yang lebih tinggi berarti harus menjanjikan retur yang lebih rendah, soalnya di Mintos mereka harus buyback pinjaman bila terjadi gagal bayar, mirip cara kerja dana provisi Koinworks, jadi jelas Akulaku harus mencadangkan sebagian bunganya untuk buyback guarantee ini.

Kalau memang Asetku mau bangkrut atau mulai bermasalah, kenapa RM ya masih belum dipecat-pecatin? RM Asetku jarang sekali ada yang keluar atau dipecat, malah nambah terus-terusan. Padahal RM ini jelas bukan staf yang memiliki fungsi esensial. Kalau ada masalah finansial, sudah jelas RM jadi target pertama untuk efisiensi. Oleh karena itu saya menyarankan agar menjaga hubungan baik dengan RM anda, supaya anda bisa mengendus-ngendus bila memang Asetku mulai bermasalah.

Banyak yang mengkritik poin ini karena bilang saya kontradiktif, di review Asetku saya berkata bahwa pinjaman di Asetku berasal dari Akulaku. Mungkin mereka asal baca tulisan ini hanya untuk kelihatan sok pintar, tanpa memperhatikan detail diatas dimana saya sudah menjelaskan kalau peminjam Akulaku yang dipajang di Asetku memiliki klasifikasi risiko yang berbeda dengan Mintos.

Hal ini bahkan belum mempertimbangkan bahwa kedua perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang berbeda dan struktur manajemen yang berbeda, dimana arus kas satu perusahaan tidak mempengaruhi yang lainnya. Selain itu, perlu kita ingat kembali masalah likuiditas Akulaku di Mintos adalah masalah keterlambatan penagihan akibat terbatasnya gerakan tenaga lapangan Akulaku. Hal ini belum membuktikan adanya lonjakan risiko gagal bayar dari segi si borrowernya.

Staco Insurance Asuransi Kecil, Dananya Cuma Cukup Nalangin 10 lender

Memang benar, kalau lihat laporan keuangan Staco Insurance, aset lancar perusahaan ini kurang oke (230 milyar). Kalau semua pinjaman di Asetku gagal bayar, dilikuidasi pun tidak cukup menalangi uang semua Lender Asetku. Anggap saja lender VIP mendanai 2 milyar per pinjaman, berarti aset lancar Staco Insurance hanya bisa menalangi sekitar 11 VIP lender, belum termasuk lender ‘kecil’ lainnya. Tapi bukan gitu cara kerja asuransi.

Asuransi itu juga mengasuransikan dirinya sendiri, alias melakukan reasuransi, Apalagi untuk asuransi kecil seperti Staco Mandiri, justru saya yakin sangat mengandalkan puluhan reasuransi untuk mengimbangi risiko asuransi kredit yang mereka berikan pada Asetku.

Ada yang malah bilang gini: “Asetku itu pilih Staco Insurance karena asuransi besar lain ga ada yang mau sama Asetku, kan tinggi risiko”. Coba anda pikirkan, kalau anda memang ‘perusahaan kecil’ seperti Staco Insurance, yang tidak mempunyai ‘cash to burn‘, anda lebih memilih klien yang kemungkinkan merugikan anda (banyak claim). atau klien yang justru low risk karena tidak akan banyak claim? Tentu yang kedua bukan? Apa mungkin justru Staco Insurance yang cuma punya standby cash 2 milyar berani menalangi Asetku yang dananya ratusan milyar kalau memang Asetku tinggi risiko? Ngga kan?

Memang kita harus menyadari bahwa Staco Insurance dibeli oleh induk Asetku yaitu Akulaku, jadi mungkin ada perjanjian khusus diantara mereka, dan reasuransi bukan berarti perusahaan asuransi aman 100%. Asuransi sekuat apapun dengan banyak reasuransi juga bisa tumbang kalau ada mismanagement, misalnya Jiwasraya. Tapi kita tidak bisa semerta merta menganalisa kemampuan bayar klaim suatu perusahaan asuransi hanya berdasarkan aset lancarnya saja.

Asetku Cuma Nabung Dosa, Ga Ada Dampak Sosial

Kalau ini memang sudah tidak bisa dibantah, mau gimanapun caranya. Semenjak awal P2P lending lahir memang ada dua jenis pinjaman yaitu produktif dan konsumtif. Membandingkan keduanya bagai membandingkan kucing dan anjing karena serba berbeda. Kalau anda memang fanatik di produktif, maka silakan nikmati retur yang lebih rendah dan sisanya menjadi pahala di surga.

Tapi anda perlu sadar tidak semua orang seperti anda, banyak yang hanya mementingkan dua hal yaitu retur dan keamanan uang mereka. Dampak sosial yang anda bangga-banggakan belum tentu penting untuk semua orang, misalnya adik saya.

Kalau memang anda mau bicara dampak sosial, lupakah anda kalau Asetku menyumbangkan 1% dari total pendanaan campaign untuk menanggulangi virus Corona? Dan disaat perusahaan lain sibuk melakukan PHK massal, Asetku masih lancar membayar gaji karyawan mereka dan malah tetap memberikan bonus penjualan kepada RM mereka.

Tidak tepat juga berkata bahwa pinjaman konsumtif 100% hedonisme, karena justru ada yang meminjam uang untuk membeli hp agar bisa dagang pulsa, membeli mesin cuci agar buka jasa laundry, atau bahkan benar-benar kepepet perlu uang kebutuhan mendesak.

Satu hal yang jelas: Asetku tidak syariah. Kalau anda memang perlu investasi syariah maka perlu melirik iGrow, Danasyariah, atau Ammana.

Asetku itu Palsu, Masa P2P Lending Lain Kena Dampak Corona, Asetku Tidak

Just because we don’t see it, doesn’t mean it’s not there. Kata siapa Asetku tidak terkena masalah Corona? Asetku sudah menghilangkan tenor panjang dan mengurangi persentase retur sejak terjadi PSBB. Ini perubahan yang justru cukup signifikan, bila dibandingkan dengan P2P lending lain yang malah tidak ada perubahan lain seperti Akseleran, Danamart, iGrow, dan banyak lainnya.

Berbeda dengan P2P lending model produktif dimana kita bisa memilih sendiri peminjam yang ingin kita danai, P2P lending model konsumtif secara otomatis menyebarkan dana kita ke berbagai peminjam, jadi wajar saja kita tidak melihat banyak perubahan di aplikasi Asetku dan P2P lending konsumtif lainnya seperti Uangme, Easycash, dan Cashwagon, karena perubahannya terjadi di belakang. Kendati demikian, semua P2P lending konsumtif tersebut secara kompak menurunkan retur yang ditawarkan, dan yang terparah adalah Cashwagon.

TKB90 Asetku Palsu, Mana Mungkin 100% Terus

Saya juga yakin ada peminjam di Asetku yang pernah gagal bayar atau telat bayar, tapi anda harus menelan fakta super menyakitkan bahwa TKB90 untuk sisi investor dan peminjam memang berbeda! Hal ini sudah dikonfirmasi oleh Cashwagon, Mekar (salah satu P2P lending tertua Indonesia) , dan bahkan OJK. Bila ada peminjam yang gagal bayar namun investor nya tetap mendapatkan pengembalian dana tepat waktu, maka hal tersebut tidak dihitung sebagai TKB90 yang ditampilkan untuk investor!

Setiap P2P lending punya cara menangani pinjaman macet, mulai dari asuransi kredit, dana provisi, write-off, restrukturisasi, dan lain-lain. Bila ada pinjaman yang bermasalah, P2P lending memang berhak melakukan salah satu solusi diatas sehingga pinjaman tersebut tidak berkontribusi negatif pada angka TKB90.

Jadi angka TKB90 Asetku itu asli, berbeda dengan Crowde yang jelas-jelas palsu (dibuktikan melalui crowdsourcing data komunitas). Dan memang pasti ada kok peminjam Asetku yang gagal bayar atau telat bayar, tapi tidak berdampak pada kita selaku investor.

Asetku Itu Antek Asing, Mending Mendanai Produk Lokal

Kalau masalah ini memang tidak bisa saya bantah juga, bahwa Asetku kalau ditelusuri garis kepemilikannya ya memang ada kepemilikan asing. Namun perlu disadari juga bahwa p2p lending lain, yang ‘sangat lokal’ sekalipun, banyak yang mendapat suntikan dana dari venture capital asing. Sulit mencari p2p lending Indonesia yang masih 100% bootstrap alias belum disuntik asing.

Selain itu, kita juga harus mengakui dampak positif yang telah dibawa Asetku ke Indonesia: dana yang mengucur segar atas akuisisi perusahaan lokal, lapangan kerja berlimpah yang terbuka, serta pergerakan roda ekonomi lewat pinjaman mikro.

Asetku itu cuma bakar duit sekarang, kita lihat saja sampai kapan dia bertahan

Berdasarkan data dari Asetku, pada tahun 2020 mereka melakukan pencairan dana (disburse) sebesar 8 triliun, sedangkan total disburse sejak awal berdiri sampai sekarang adalah 14 triliun. Hal ini berarti justru di tahun 2020, tahun dimana kita sedang krisis ekonomi, Asetku malah melakukan disburse lebih besar daripada total disburse mereka di tahun-tahun sebelumnya. Dengan asumsi bahwa tingkat gagal bayar mereka dipertahankan atau tidak meningkat signifikan, tentu hal ini berarti bahwa pemasukan mereka justru bertambah, bukan berkurang.

Informasi ‘orang dalam’ juga mengatakan bahwa Asetku justru sedang melakukan rekruitmen besar-besaran untuk meningkatkan jumlah RM (relationship manager) menjadi 2 kali lipat, dari 98 ke 200 orang. Menurut saya justru ini tanda-tanda ‘kelebihan uang’, karena disaat perusahaan lain mengurangi tenaga kerja, ini malah nambah terus. Sumber saya yang lain juga mengatakan bahwa sebenarnya RM Asetku di tahun 2020 hampir tidak pernah ada yang berhasil memenuhi ‘target bulanan’, karena banyak investor yang mengurangi porsi investasi di Asetku (termasuk saya). Hal ini berarti sebenarnya mayoritas dari peminjam di Asetku belum mendapatkan dana dari lender Asetku, karena ada ketimpangan antara jumlah peminjam dan jumlah pendana.

Kesimpulan

Saya ga menyuruh anda investasi di Asetku, dan ga ada yang nyuruh juga. Komisi referral dari Asetku menyedihkan banget untuk saya, jadi kalaupun saya mau meraup komisi referral lewat tulisan, mending saya promosiin yang komisinya lebih oke seperti Akseleran atau Uangme.

Tujuan saya membuat tulisan ini hanya meluruskan fakta dan (semoga) membuat anda semakin pintar. Kepercayaan pada industri P2P lending harus dijaga secara kolektif. Satu bermasalah, maka satu industri terkena dampaknya ramai-ramai. Apabila anda merasa alasan tersebut terlalu mengada-ngada dan sebenarnya ada ‘keuntungan’ lain yang saya dapatkan dari artikel ini, maka anda benar kok: kunjungan ke blog saya meningkat drastis karena artikel ini, dan hal itu membuat saya senang.

Saya juga ingin menyampaikan bahwa orang yang paling banyak omong belum tentu orang yang paling benar, termasuk sayapun omongannya belum tentu benar. Bahkan sampai ada istilah “the loudest man in the room is the weakest one”. Seseorang yang layak memberi wejangan justru dicari-cari meskipun diam seribu bahasa, bukan malah menyebarkan informasi yang menimbulkan kegaduhan (fearmongering). Jangan juga menganggap orang yang super banyak duit itu pasti benar, karena merekapun juga hanya manusia yang suka beropini dan suka menduga-dugaa. Sifat suka menduga-duga menurut saya memang nempel dan inherent ke jiwa seorang investor, karena kalau tidak spekulasi, gimana mau untung?

Cheers, dan jangan baper atau ngambek. Bila anda perlu klarifikasi atau informasi lebih lanjut, saya siap berdialog mewakili baik Asetku maupun pembencinya, karena bagaimanapun saya berusaha se objektif mungkin sesuai prinsip blog ini.

Ingin belajar memilih kartu kredit terbaik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda?

pabila kamu pemula di dunia kartu kredit dan ingin mulai mengumpulkan cuan dari kartu kredit, maka kamu akan cocok bergabung di kursus C4: Cari Cuan Credit Card, dimana kita akan belajar:

  1. Bagaimana orang bisa naik pesawat gratis dari penggunaan kartu kredit
  2. Bagaimana kartu kredit bisa membuat kita berhemat ratusan ribu sampai jutaan rupiah setiap bulan
  3. Bagaimana cara agar tidak membayar biaya kartu kredit sama sekali

Ayo cek dan gabung sekarang dengan klik tombol dibawah!

C4: Cari Cuan Credit Card
C4: Cari Cuan Credit Card
Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 631

CATATAN!

karena tingginya spam, kolom komentar saya tutup sementara. Untuk menghubungi saya, dm saya di Instagram, Telegram, Tiktok (@adriansiaril), atau isi formulir dibawah ini.