Makin Banyak Diversifikasi Makin Baik?

Diversifikasi itu baik, asal jangan berlebihan. Bagaimana sih penampakan apabila kelebihan diversifikasi atau over-diverifikasi ini? Mari kita bahas tergantung instrumen investasinya.

Deposito dan Tabungan

Dalam deposito dan tabungan, over-diverifikasi terjadi bila kita membuka rekening di terlalu banyak bank, akibatnya kita jadi sulit memantau retur kita di rekening koran. Selain itu setiap rekening juga mengenakan biaya administrasi dan biaya-biaya lain yang saya pernah bahas di artikel ini. Jadi kalau anda membuka deposito dan tabungan di banyak bank sekaligus tentu akan menambah biaya bulanan yang seharusnya tidak ada.

Keuntungannya, membuka banyak deposito di banyak bank memungkinkan anda mendapatkan banyak promosi, seperti cashback dan tambahan bunga terhadap penempatan dana anda. Jadi sebenarnya untuk tahu apakah Anda over-diverifikasi atau tidak, hanya dengan dengan cara menghitung apakah retur anda di semua portofolio bank tersebut melebihi biaya administrasi yang dikenakan.

Reksadana

Over-diversifikasi dalam reksadana bisa dalam berbagai bentuk, misalnya membeli terlalu banyak jenis reksadana atau membuka akun di terlalu banyak agen penjual reksadana seperti saya. Saya membuka akun di banyak agen penjual reksadana karena saya memang mengulas di blog ini, mengincar banyak promosi yang mereka berikan, serta saya ingin mencoba berbagai macam reksadana yang mungkin tidak dijual oleh satu penjual tertentu.

Tapi, seiring berjalannya waktu saya mulai sadar bahwa hal ini tentu merepotkan saya karena saya harus sering-sering mengecek portfolio di banyak aplikasi atau website. Kemudian satu website atau aplikasi tersebut memiliki belasan atau bahkan puluhan reksadana yang saya coba satu persatu sehingga tentu menyulitkan saya untuk merekap penghasilan dan kerugian saya.

Selain itu ada juga satu hal yang saya tidak sadari ketika saya over-diverifikasi dalam reksadana, yaitu kesulitan mencairkan reksadana tanpa dipotong biaya transfer. Ketika saya mendistribusikan Rp500.000 ke tiga jenis reksadana berarti satu jenis reksadana mendapatkan Rp100.000 sampai Rp200.000. Ketika saya ingin mencairkan Reksadana tersebut tentu ada biaya potongan bank bila bank saya berbeda dengan bank kustodian reksadana tersebut. Biaya Rp6500 sangat besar bila kita bandingkan dengan modal yang hanya sejumlah Rp100.000: itu berarti komponen biayanya 6,5%, bisa melebihi retur reksadana pasar uang.

Padahal, seandainya saya menaruh Rp500.000 tersebut di hanya satu jenis reksadana, Rp6.500 hanya sekitar 1.3 persennya. Belajar dari kesalahan ini sekarang saya mencoba menguruskan portofolio reksadana saya dalam setiap APERD.

Saya biasa memilih 3 sampai 5 reksadana favorit yang bank kustodian nya sama dengan rekening bank saya, lalu saya hanya melakukan dollar cost averaging terhadap reksa dana reksadana tersebut. Saya juga menyarankan anda untuk melakukan hal ini kecuali Anda maniak promo seperti saya yang sangat sangat mementingkan cashback sekecil apapun.

P2P Lending

Sama seperti reksadana, over-diverifikasi dalam P2P lending juga bisa terjadi dalam berbagai jenis, tapi biasanya yang dampaknya paling terlihat adalah bila anda membuka akun virtual lending di banyak penyelenggara.

Berbeda dengan reksadana yang performanya harus dipantau secara historikal, portfolio dalam P2P lending bersifat utang sehingga hanya tinggal dicek kapan jatuh temponya dan bagaimana status pembayarannya. Jadi, memiliki banyak pendanaan dalam 1 penyelenggara P2P lending tidak seburuk memiliki banyak reksadana dalam satu penjual.

Kebanyakan orang paling banyak berinvestasi di 3 P2P lending, tapi karena saya mereview banyak P2P lending di blog ini tentu portofolio saya tersebar lebih luas di belasan bahkan puluhan dan tentunya tidak semua mendapatkan alokasi dana yang sama dari saya. Ada yang cuma sekedar coba-coba dan ada yang menjadi sarana investasi utama saya.

Sama seperti reksadana, anda juga harus memikirkan biaya penarikan yang mungkin dikenakan penyelenggara saat anda ingin mencarikan investasi anda. Biaya ini tidak dikenakan seluruh penyelenggara, ada yang mengenakan dan ada yang tidak. Namun juga perlu diingat bahwa P2P lending risikonya jauh lebih tinggi daripada reksadana, jadi saya masih menyarankan untuk setidaknya menggunakan tiga sampai enam penyelenggara supaya ketika satu penyelenggara itu bermasalah setidaknya dana anda aman di penyelenggara yang lain.

Saham

Saya jujur bukan ahli saham jadi saya tidak berani terlalu banyak memberikan saran di bagian ini. Namun, ketika mengikuti seminar yang dibimbing oleh ahli-ahli saham mereka menyarankan sebenarnya investor pemula hanya perlu memainkan atau menyimpan maksimal 4-6 saham untuk analisis teknikal. Jika terlalu banyak, tentu kita akan pusing untuk mengontrol setiap pergerakan saham tersebut. Saya sebenarnya kurang setuju dengan metode ini karena 4-6 saham menurut saya kurang bisa didiversifikasi. Saya pribadi mempunyai target untuk memiliki maksimal 10 saham yang dipegang dari industri yang berbeda-beda.

Namun, memang betul ada kalanya ketika saya sedang sibuk maka saya suka melewatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan, karena tidak sempat mengecek pergerakan harga saham tersebut. Tentu saran saya ini tidak berlaku apabila anda menggunakan conditional trade yang bisa memantau otomatis harga saham anda atau analisa fundamental yang lebih condong ke performa jangka panjang.

Saya rasa tidak ada istilah over-diverifikasi dalam analisa fundamental karena saham apapun yang kita lihat sedang diskon atau ‘salah harga’ tentu kita percaya akan naik dalam jangka panjang. Dalam dunia saham juga tidak pernah salah untuk membuka beberapa akun investasi dalam satu makelar yang sama atau bahkan makelar yang berbeda.

Beberapa investor menggunakan portfolio yang berbeda untuk membedakan strategi investasi mereka: ada satu akun yang digunakan untuk teknik trading, ada juga yang digunakan untuk investasi jangka panjang, dan satunya lagi mungkin untuk mengikuti IPO (Initial Public Offering) dari perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang,

Cryptocurrency

Saya kira sedikit banyak panduan saya tentang saham di atas juga berlaku untuk cryptocurrency, namun perlu diingat bahwa di dalam cryptocurrency tidak ada analisa fundamental, karena semua cryptocurrency tersebut pergerakan harganya tidak memiliki underlying asset. Ada yang bilang bahwa analisa fundamental cryptocurrency tergantung dari berita dan adopsi penggunaan di dunia nyata, namun terserah anda mau menerimanya atau tidak.

Namun dari segi teknikal dan dari segi portofolio, apabila anda memiliki terlalu banyak cryptocurrency tentu anda akan dipusingkan dengan pergerakan mata uang apalagi jika anda membuka di banyak makelar dan memiliki banyak portofolio, tentu akan semakin sulit untuk merekap keuntungan dan kerugian anda mengingat instrumen investasi ini memiliki volatilitas yang jauh lebih tinggi dari pada saham, jadi pergerakannya harus diawasi secara ketat.

Obligasi

Saya terus terang bingung apakah obligasi bisa over-diverifikasi, karena tentu bersifat hutang dan obligasi variasinya tidak terlalu banyak. Kita hanya tinggal membeli, menunggu pembayaran kupon, dan menunggu jatuh tempo. Sekalipun obligasi beberapa bisa dijual belikan di pasar sekunder, nyatanya kebanyakan orang membeli obligasi dan memegangnya untuk jangka panjang.

Pergerakan harganya pun tidak signifikan seperti saham atau cryptocurrency, jadi sangat sulit memikirkan potensi terjadinya over-diversifikasi di dalam obligasi. over-diverifikasi. Pergerakan harganya pun tidak signifikan seperti saham atau cryptocurrency, jadi sangat sulit memikirkan potensi terjadinya over-diverifikasi di dalam obligasi.

Satu-satunya yang paling mungkin terjadi adalah apabila anda membeli obligasi dari berbagai mitra distribusi atau penjual. Hal ini terus terang terjadi pada saya karena tentu saya suka mengulas banyak agen-agen penjualan dan untuk mengejar promo.

Sejauh ini saya membeli obligasi dari Modalku, Investree, serta Welma (aplikasi bank BCA). Masalahnya, meskipun pemerintah mencatat bahwa saya adalah individu yang sama membeli di 3 mitra distribusi tersebut, namun ketika saya membuka dasbor atau website salah satu penjual tersebut saya tidak bisa melihat portofolio saya di agen yang lain.

Emas

Sama seperti obligasi, saya pun kesulitan untuk menentukan apakah mungkin bisa over-diverifikasi. Emas hanya ada sedikit macamnya (Antam, PAM, dan lain-lain) namun selisih harganya tidak terlalu banyak. PAM misalnya lebih kuat di pasar internasional namun di Indonesia tentu Antam yang lebih laku.

Yang membedakan hanya tempat anda membelinya alias agen penjual. Namun kita perlu tahu bahwa harga emas itu biasanya universal, jadi kalaupun 1 agen harganya berubah kemungkinan yang lain pun akan berubah mengikuti arah yang sama: satu turun, semua juga turun. Paling perbedaannya yang terdapat di spread atau selisih jual dan selisih beli.

Anda bisa mengecek lebih lanjut di artikel ini. Jadi sekalipun anda memiliki tabungan emas di banyak penjual atau di banyak website, saya rasa bukan menjadi suatu masalah.

Asuransi

Bisa baca artikel saya yang ini –> maksimalkan keuntungan asuransi

Karena disitu sudah dibahas khusus berapa banyak asuransi yang dibutuhkan.

Valuta Asing

Bisa membaca penjelasan saham dan cryptocurrency diatas karena mirip-mirip.

Ingin belajar memilih kartu kredit terbaik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda?

pabila kamu pemula di dunia kartu kredit dan ingin mulai mengumpulkan cuan dari kartu kredit, maka kamu akan cocok bergabung di kursus C4: Cari Cuan Credit Card, dimana kita akan belajar:

  1. Bagaimana orang bisa naik pesawat gratis dari penggunaan kartu kredit
  2. Bagaimana kartu kredit bisa membuat kita berhemat ratusan ribu sampai jutaan rupiah setiap bulan
  3. Bagaimana cara agar tidak membayar biaya kartu kredit sama sekali

Ayo cek dan gabung sekarang dengan klik tombol dibawah!

C4: Cari Cuan Credit Card
C4: Cari Cuan Credit Card
Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 631

CATATAN!

karena tingginya spam, kolom komentar saya tutup sementara. Untuk menghubungi saya, dm saya di Instagram, Telegram, Tiktok (@adriansiaril), atau isi formulir dibawah ini.