Kenapa Bunga P2P Turun Terus?

Sejak awal saya mulai mendanai di p2p lending, saya sudah memprediksi bahwa trend jangka panjangnya adalah penurunan bunga, bukan kenaikan. Ada korelasi keuangan yang berkata bahwa. Semakin banyak uang yang ditempatkan di suatu instrument investasi semakin rendah pula potensi return yang bisa dihasilkan. Contoh lainnya adalah saham blue chips, reksadana dengan AUM besar, serta deposito bank BUKU IV. P2P lending pun demikian, karena sudah mulai mature dan banyak digunakan, sudah sewajarnya bunganya turun.

Jadi, saya heran Ketika banyak yang bertanya kepada saya, kenapa bunga p2p lending semakin kecil? Hal ini sebenarnya sudah sempat saya bahas saat event kolaborasi Bersama KONTAN beberapa bulan lalu. Tapi saya akan jelaskan ulang dalam tulisan ini, sekaligus supaya ada konten baru tentang P2P lending – ada juga yang tanya kenapa saya jarang upload soal p2p lending lagi – alasannya- karena saya bingung mau bahas apalagi soal p2p lending.

Alasan kenapa bunga P2P lending turun:

Singkatnya, perusahaan penyelenggara sudah selesai bakar uang, dan mau fokus pada profitabilitas.

Kita harus sadar bahwa 3 tahun lalu, industri p2p lending di Indonesia adalah produk keuangan baru. Jadi hampir semua pemainnya adalah startup, entah yang baru lahir (misalnya Komunal) ataupun peranakan perusahaan besar (misalnya Danamas).

Sebagai pemain di industri yang baru lahir. Sudah wajar dan selayaknya para penyelenggara rela menanggung rugi untuk kegiatan promosi dan edukasi. Karena kalau tidak demikian maka industrinya tidak akan tumbuh karena tidak ada yang mau pakai. Tokopedia bukan ecommerce pertama di Indonesia, tapi merekalah yang sekarang sukses jadi market leader. Karena sedari awal sukses mengedukasi dan melakukan promosi.

Nah, di tahun 2021 ini, menurut saya industri p2p lending sudah mulai masuk ke tahap maturity/kedewasaan, dimana masa-masa bakar uang tersebut sudah selesai, dan setiap penyelenggara mulai fokus mencapai keuntungan. Bisa jadi juga, para penyuntik dana mulai menuntut keuntungan setelah duitnya habis karena terdampak COVID-19.

Untuk mencapai keuntungan tersebut, semua bisnis tentu melalui dua cara yaitu menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya. Nah, karena model bisnis p2p lending adalah mengambil biaya provisi dan/atau spread dari bunga pinjaman, maka sudah jelas bahwa jatah keuntungan lender yang menjadi korbannya. Dengan kata lain, jatah return kita diambil sedikit untuk masuk kantong penyelenggara, baik dalam bentuk kenaikan biaya provisi maupun pengurangan effective return.

Selain itu, untuk meningkatkan pendapatan maka perlu menambahkan jumlah orang yang meminjam (borrower). Untuk menggaet lebih banyak borrower, maka dilakukanlah penurunan bunga agar lebih menarik dan meringankan para peminjam. Penurunan bunga ini juga dipicu oleh pandemi COVID-19 yang memberatkan banyak kegiatan usaha. Bunga yang sebelumnya masih masuk akal, menjadi kelihatan berat paska pandemi.

Jadi, untuk merangkumnya:

  1. Suku bunga borrower diturunkan, sehingga otomatis bunga lender juga ikutan turun
  2. Penyelenggara mengambil jatah spread atau provisi lebih besar, sehingga biaya lender bertambah
  3. Biaya premi asuransi juga bertambah, dan sekali lagi ini menjadi beban lender

Apabila mau kita perpanjang pembahasannya lagi, regulasi terbaru OJK dalam bentuk POJK77 juga menimbulkan beban tersendiri bagi para penyelenggara, antara lain kewajiban penyetoran modal usaha yang lebih besar, himbauan untuk mengurangi lender institusi, dan kewajiban menggunakan tandatangan elektronik yang sebenarnya menjadi biaya tambahan untuk mereka!

Makanya, saya cukup heran dengan p2p yang saat ini sudah mencapai profitabilitas (hebat banget), dan cukup kaget bahwa sebagian besar justru p2p konsumtif. Karena monatorium izin p2p lending baru sudah ditutup, dan sudah tidak ada lagi yang memiliki status terdaftar, maka saat ini p2p lending yang masih survive layak diapresiasi semua dan sudah menunjukkan kemapanan yang cukup baik.

Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 599

5 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.