P2P Lending Paling Aman

Judul tulisan ini adalah pertanyaan yang paling sering saya dapatkan dalam keseharian saya. Masalahnya, jawabannya tidak mudah. Makanya saya menulis tulisan ini untuk menjabarkan panjang lebar apa yang menurut saya ‘paling aman’.

Jadi, anda tidak akan menemukan jawaban singkat yang bisa diterima di tulisan ini. Saya tidak akan semerta merta menyebut beberapa merk lalu menobatkan mereka aman tanpa risiko. Maaf mengecewakan, tapi selamat datang di dunia investasi dimana segala advice sifatnya bertele – tele dan penuh disclaimer.

Pahami Dulu Definisi Aman

Aman bagi saya belum tentu aman bagi anda. Makanya ada yang namanya tingkatan toleransi risiko. Orang yang berpengalaman menganggap trading saham itu aman. Orang yang baru masuk dunia investasi takut kalo denger kata saham.

Jadi kalau anda tanya saya p2p apa yang aman, jawaban saya ya semua p2p aman! Karena saya sudah siap terima risiko uang hilang 100% di p2p lending dan ga akan nangis atau marah kalau amit-amit bener kejadian.

Gagal Bayar atau Telat Bayar?

Banyak orang yang menganggap dua hal ini sama padahal beda jauh. Telat bayar tidak berarti gagal bayar, namun kalau sudah gagal bayar pasti diawali oleh telat bayar dahulu.

Telat bayar itu buat saya ga masalah, karena toh kita dapat denda keterlambatan yang malah menambah retur kita. Denda biasanya jauh lebih tinggi daripada standard rate, jadi menguntungkan kita.

Yang jadi masalah adalah kalau sudah telat, gabisa bayar berujung gagal bayar. Ya ini pasti rugi. Makanya saya selalu pilih p2p lending yang menerapkan skema perlindungan.

Ada Perlindungan Pasti Aman?

Tergantung kebijakan masing-masing penyelenggara. Ada yang melindungi 100% pokok modal anda, ada juga yang perlindungannya hanya 20% modal anda.

Sekalipun modal anda dilindungi 100%, perlu diingat bahwa butuh 90 hari baru suatu pinjaman disebut gagal bayar. Setelah itu baru diurus asuransi kredit atau dana provisi maksimal 90 hari lagi. Jadi kalau gagal bayar, anda bisa harus menunggu sampai dengan 180 hari supaya ganti rugi modalnya cair!

Tentu hal ini berarti anda rugi opportunity cost.

TKB90 dan TKBT (TKB Total)

Kalau anda tanya “p2p apa yang tingkat risikonya paling kecil”. Ini baru bisa ditelusuri menggunakan data. Data yang paling relevan, meskipun sulit dipercaya, tentu adalah TKBT. Iya, ini bukan typo, tapi beneran ada TKBT. Bedanya jika TKB90 hanya peduli pada tingkat macet diatas 90 hari dibandingkan dengan total outstanding, maka TKB total menghitung pinjaman macet dibanding dengan total disbursement.

Hal ini berarti p2p lending dengan TKBT dan TKB90 100% berarti tidak pernah gagal bayar seumur hidupnya. Namun sayangnya TKBT ini belum banyak yang memajang karena OJK hanya mewajibkan TKB90 saja. Jujur, dulu saya mengkritik p2p lending yang memajang TKBT seperti Modalku dan Akseleran karena kerap membuat bingung lender, namun saya sekarang merasa data tersebut penting.

Kendati demikian, para pengguna p2p lending seperti saya memiliki data historis yang bisa dicocokkan sehingga muncul beberapa nama yang memiliki TKB90 100% tanopa pernah turun:

  • Danain
  • Mekar
  • Cashwagon
  • Asetku
  • Uangme
  • Easycash
  • Tanifund
  • Alami
  • Dan beberapa p2p baru yang belum masuk daftar ini

Jadi yang perlu diperhatikan terhadap daftar tersebut adalah masa depan mereka, karena secara historis sudah terbukti mereka sangat ‘aman’.

Percaya kah anda dengan TKB?

Seperti yang sudah saya jelaskan disini, angka TKB90 dan TKBT sendiri sebenarnya tidak di audit oleh pihak manapun, dan angka tersebut dirilis oleh masing-masing penyelenggara ketimbang pihak ketiga, jadi sebenarnya angka tersebut belum tentu ‘accountable’.

Saya bilang ‘belum tentu’ karena memang sebagian besar p2p lending menyampaikan secara akurat angka ini, sedangkan yang lainnya ada yang tidak. Ada beberapa alasan TKB yang dilaporkan, antara lain:

  1. Ada perbedaan TKB borrower dan lender. Bila ada borrower yang macet namun tidak mempengaruhi repayment ke lender (misalnya karena ditalangi dana provisi, maka TKB yang dilihat lender tidak berkurang. dan ini sudah sesuai aturan main.
  2. Ada TKB yang anjlok karena pandemi, misalnya Aktivaku. Saat disbursement belum terjadi pandemi, lalu ketika jatuh tempo borrower sudah kesulitan bayar karena terdampal pandemi. Anda bisa membaca penjelasan dari pihak Aktivaku di halaman review Aktivaku.
  3. TKB bisa dengan mudah ‘dipermak’ agar kelihatan bagus, misalnya dengan cara melakukan disburse besar-besaran saat TKB sedang anjlok. Pinjaman yang baru disalurkan masuk menjadi faktor perhitungan TKB, sehingga TKB bisa kembali naik lagi (rasio macetnya berkurang meskipun nilainya tidak berkurang)

Makanya, meskipun TKBT dan TKB90 menjadi faktor yang penting untuk menilai tingkat risiko, namun nyatanya dua angka inipun masih rancu dan sulit dipercaya.

Baik, jadi bagaimana menilai masa depan mereka?

Saya bukan dukun, jadi saya tidak tahu p2p mana yang akan bangkrut duluan. Kendati demikian, kita bisa menggunakan akal sehat untuk menilai sustainability berdasarkan business model mereka.

Contoh studi pertama: Danain

Danain menurut saya adalah p2p lending dengan model bisnis yang paling berkelangsungan, bahkan dalam salah satu webinar mereka, mereka sempat mengatakan bahwa pinjaman mereka secara teori lebih aman daripada simpanan di bank. Dan menurut saya hal tersebut memang masuk akal, meningat Danain menggunakan agunan emas yang likuid dan nilainya cenderung apresiasi (naik).

Potensi return Danain juga masuk akal, yakni 8 sampai 15 persen (berdasarkan fakta). Kita akan abaikan klaim return 120% mereka karena itu hanya bisa secara teori dan tidak pernah terjadi beneran.

Paska pandemi COVID-19 Danain juga cenderung tidak melakukan perubahan apa-apa. Jumlah pinjaman masih banyak, dan tidak ada penurunan rate maupun perubahan lain yang berdampak ke lender.

Anda tidak pernah kan lihat gerai pegadaian tutup? Nah, Danain memiliki grup perusahaan yang bergerak di bisnis pegadaian. Merekalah yang menyumbangkan peminjam ke platform Danain. Selama jasa pegadaian masih dibutuhkan, saya rasa Danain akan terus eksis dan bertumbuh terus.

Contoh studi 2: Mekar

Apabila anda teliti memperhatikan, maka anda bisa menyadari bahwa kebanyakan yang TKBT nya 100% adalah segmen konsumtif, sedangkan untuk produktif hanya ada Mekar dan Tanifund.

Mekar memang menginformasikan ke saya tidak pernah gagal bayar seumur hidup karena mereka kerjasama mitra koperasi dan menerapkan asuransi kredit, jadi 2 perlindungan sekaligus. Bila terjadi telat bayar 90 hari, mekar akan ‘memaksa’ mitra koperasi untuk membayarkan kerugian modal. Apabila mitra koperasai gagal bayar juga, maka akan lari ke asuransi kredit.

Namun Mekar sebenarnya cukup terdampak pandemi sampai berhenti menggalang dana sama sekali, meskipun sekarang sudah ‘kembali normal’, saya sempat merasakan ada keterlambatan pembayaran sedikit saat awal PSBB.

Alasan saya masih lanjut di Mekar adalah karena percaya pada kompetensi manajemen mereka menghadapi new normal ini, mengingat Mekar adalah anak usaha Sampoerna Foundation yang terpercaya dan ‘sulit bangkrut’. Sama seperti Esta Kapital dan Amartha, Mekar pun menyeleksi ulang peminjam mereka paska pandemi untuk memastikan kegiatan usahanya tidak rentan pada pandemi.

Contoh studi 3: Tanifund

Tanifund ini bagi saya merupakan anak ajaib yang melakukan ‘mission impossible’. Tanifund bergerak di segmen agrikultur yang risikonya paling tinggi, tapi berhasil menjaga TKBT 100%, padahal tidak menggunakan asuransi kredit. Saya dengar-dengar, asuransi kredit memang tidak ada yang mau melindungi pinjaman pertanian.

Memang sudah terbukti dari pengalaman saya mendanai di Crowde dan iGrow, bahwa pendanaan agrikultur banyak sekali dramanya mulai dari bencana alam, petani hilang, gagal panen, hama, hasil panen tak sesuai ekspektasi, dll. Makanya saya bilang risiko p2p agrikultur paling besar.

Kendati demikian, kesuksesan Tanifund sepertinya bisa diatribusikan pada beberapa faktor:

  1. Warisan ilmu dari manajemen Tanihub (induk perusahaannya). iGrow dan Crowde tidak berangkat dari latar belakang pertanian, sehingga manajemen risikonya kurang baik. Sedangkan Tanifund sudah bertahun tahun bergerak di bidang pertainan sebelum mendirikan Tanifund.
  2. Jaminan dari Tanihub untuk ‘menyerap’ hasil panen pendanaan di Tanifund. Di iGrow, salah satu pinjaman macet saya karena hasil panen tidak jadi dibeli oleh distributor. Hal ini ternyata sering terjadi di dunia pertanian. Tanifund tidak ada risiko jenis ini karena hasil pertanian pasti diserap dan dijual lewat Tanihub.
  3. Kemungkinan ada dana provisi yang mereka gunakan tapi tidak mereka publikasikan. Ini hanya teori saya saja, karena menurut saya tanpa hal ini cukup mustahil menjaga TKBT 100% selamanya.

Contoh studi 4: Klub Konsumtif

Klub konsumtif merujuk pada p2p konsumtif yang selalu memiliki TKBT 100%, misalnya Asetku, Easycash, Uangme, Cashwagon. Saya akan membahas secara umum saja karena business model mereka mirip-mirip.

Alasan mereka bisa menjaga TKBT 100% ada dua yang utama:

1. Spread yang luar biasa tinggi

Selisih bunga yang diterima lender dan borrower kelewat jauh, jadi spread ini masuk kantong penyelenggara. Ini tentu bisa dijadikan dana provisi untuk menggantikan kerugian lender ataupun ‘tabungan pribadi’ . Tapi perlu anda ingat bahwa disbursement pinjaman konsumtif nominalnya cenderung kecil, sehingga sekalipun dengan persentase spread besar, nominal yang diterima tetap kecil secara rupiah.

Contoh fiktif:

  1. P2P produktif yang spread hanya 2 persen mencairkan pinjaman sebesar 1 milyar, dapat uang 20 juta, sudah bisa bayar gaji 3 karyawan
  2. P2P konsumtif dengan spread 50% persen mencairkan pinjaman sebesar 500.000, dapat 250.000, belum cukup untuk bayar satu karyawan. Harus ada setidaknya 20 pinjaman lagi dengan nominal 500.000 baru spread nya cukup untuk bayar 1 karyawan

Jadi p2p konsumtif sangat bergantung pada jumlah borrower mereka. Kalau yang meminjam sedikit, mereka tidak bisa scaling sama sekali. Berbeda dengan p2p produktif, yang bisa saja memiliki sedikit borrower namun disbursenya besar.

2. Diversifikasi Masal

Uang kita disebar ke puluhan atau ratusan borrower sehingga mengurangi exposure risk si penyelenggara sendiri. Satu peminjam gagal dari 100 peminjam, maka bunga 99 peminjam yang lancar bayar bisa menutupi kerugian si 1 peminjam.

Kembali ke pembahasan nomor satu, disinipun penting memiliki jumlah borrower yang banyak, karena diperlukan scaling dari spread mereka yang besar namun nominalnya yang kecil

sejauh ini gabungan kedua metode tersebut memang sanggup menjaga kestabilan risiko di p2p lending konsumtif, dan pandemi selama ini belum kelihatan berdampak banyak pada mereka (pengecualian untuk Cashwagon yang menurunkan rate drastis)

Kendati demikian tidak ada yang bisa menebak sampai kapan mereka bisa mempertahankan diri menghadapi pandemi, apalagi ditambah omnibus law. Apabila besok tiba-tiba ada PHK massal, maka tidak menutup kemungkinan strategi mereka tidak berfungsi lagi, karena bisa gagal bayar serempak sehingga diversifikasi massal mereka tak berfungsi.

Lebih seram lagi bila orang ramai-ramai berhenti meminjam, sehingga p2p konsumtif kehilangan pemasukan namun tetap mengeluarkan biaya untuk gaji karyawan. Jadi, untuk menilai keberlangsungan p2p konsumtif saya menggunakan 2 faktor:

  1. jumlah borrower mereka, yang bisa dilihat dari kuota pinjaman (bila ada). Bila borrower sedikit sudah berarti pemasukan mereka berkurang jauh, jadi menurunnya jumlah borrower bukan tanda yang baik
  2. jumlah karyawan mereka. Semakin banyak karyawanannya, fixed cost mereka juga semakin tinggi, sehingga ada risiko gagal scaling ketika jumlah borrower berkurang (dari untung jadi rugi)

Bicara soal latar belakang, empat nama tersebut semuanya dibacking oleh perusahaan besar dari luar negeri, jadi saya yakin mereka tidak akan goyah dengan mudah. Bila mau berbuat jahat, mereka juga tidak mungkin bisa kabur mengambil uang anda karena terlanjur memiliki kantor di Indonesia dan jajaran direksi orang Indonesia, ditambah lagi peraturan soal RDL (rekening dana lender) dari OJK yang makin menjamin keamanan dana titipan anda. Jadi jangan khawatir soal ‘uang dibawa kabur’ seperti ponzi atau money game.

Tidak Punya Lender bukan Berarti Bermasalah

Anda salah besar bila berpikir bahwa suatu p2p akan bangkrut apabila ditinggalkan oleh para lendernya. Faktanya, tidak ada satupun p2p di Indonesia yang akan panik jika mendadak 100% lender retail mereka pergi. Semua pemain p2p lebih bergantung pada dana lender institusi yang jumlahnya sedikit namun dana nya besar ketimbang lender retail yang jumlahnya banyak namun duitnya kecil. (sudah kecil, suka rewel pula).

Hal ini terbukti dari kasus Crowde dimana sampai sekarang Crowde masih aktif beroperasi dengan mengandalkan dana lender institusi meskipun sudah ditinggalkan 100% oleh ratusan lender yang dirugikan.

Justru sebaliknya, bila suatu p2p kehilangan bahkan cuma 10% borrower mereka, ini justru akan menjadi bencana dahsyat. Karena kalau ga ada yang minjem, bagaimana p2p tersebut mendapat pemasukan? Ingat, penghasilan p2p hadir dari biaya provisi/admin atau spread yang bergantung murni pada pengajuan pinjaman.

Jadi justru untuk melihat keberlangsungan usaha suatu p2p lending, yang lebih penting adalah jumlah disbursement mereka dan jumlah borrower mereka. Di p2p konsumtif hal ini bisa dengan mudah dipantau dari halaman pendanaan setiap harinya, sedangkan di pinjaman konsumtif lebih sulit, hanya bisa dilihat dari kuota pendanaan yang disediakan. Apabila jumlahnya unlimited atau tidak disebutkan, maka bisa kita asumsikan jumlah borrowernya masih sangat banyak bila dibandingkan lendernya.

Kesimpulan

Anda seharusnya bisa mengambil kesimpulan sendiri. Tapi biar saya rangkum:

  1. Aman bagi saya belum tentu aman bagi anda, jadi kurang bijak bertanya ke orang lain “apa yang aman”
  2. Telat bayar beda dengan gagal bayar. Telat bayar menguntungkan lender bila tak berujung gagal bayar
  3. Banyak p2p lending yang secara historis tidak pernah gagal bayar, dan hal tersebut bisa jadi indikator yang cukup baik
  4. Sulit menebak masa depan suatu p2p lending, tapi jumlah borrower dan nominal disbursement bisa jadi indikator yang bagus
  5. Solusinya, diversifikasi dan kenyamanan diri adalah yang paling utama. Apabila ada rasa deg2an ketika berinvestasi, maka tinggalkan investasi tersebut. Pelajari cara keluar dari p2p lending disini.

Sekian terima kasih.

Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 591

6 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  1. Mantap sharenya Mas Adrian, btw asetku sejak 1 bulan terakhir juga lebih menghilangkan tenor2 yang pendek (15, 22 sd 1 bulan) yang kuotanya selalu terpenuhi di jam saat refresh tiap hari. Seperti nya p2p konsumtif juga mulai memfokuskan diri untuk menjaga liquidity risk di masa pandemi saat ini ya.CMIIW

  2. Bagus sekali reviewnya, Cuma saya liat mekar ini kan di backup oleh sampoerna yang mana bank sampoerna sendiri, sekarang menjadi super lender di p2p danain dan disbrusment secara masive kedanain saya baca di berita.Kenapa ngga ke anak perusahaan nya sendiri ya mekar?.Apa sebenarnya ada problem juga di internal mekar?

    • Ada beda lho ya antara Sampoerna Foundation yang menjadi induk mekar, dan HM Sampoerna yang merupakan grup Sampoerna besar di Indonesia. Kalau HM Sampoerna memang jadi superlender di banyak p2p bahkan menjalin kerjasama dengan Esta Kapital juga