Tentukan Tujuan Investasimu

Orang memiliki tujuan yang berbeda-beda saat memutuskan untuk investasi, namun umumnya terbagi menjadi tiga:

Mendapat Penghasilan Tambahan

Ini adalah tujuan jangka pendek yang paling sering dijadikan alasan orang untuk mulai berinvestasi. Bila ingin meningkatkan jumlah uang yang dihasilkan, tentu caranya hanya dua:

  • Menambahkan pekerjaan aktif kita, misalnya dengan bekerja paruh waktu atau membuka usaha sampingan.
  • Mendapatkan penghasilan tambahan secara pasif dari hasil investasi.

Tidak ada yang salah dengan tujuan yang satu ini, sebab siapa sih yang tidak suka uang? Tentu semakin banyak uang yang kita terima, semakin baik.

Untuk mendapatkan penghasilan tambahan melalui investasi, kita perlu memiliki instrumen investasi yang memberikan bunga atau retur secara konsisten, tanpa adanya risiko penurunan nilai di jangka pendek.

Contoh instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan ini adalah deposito, reksadana pasar uang, dan obligasi negara.

Melawan inflasi

Tujuan selanjutnya ini seringkali belum disadari orang, terutama mereka yang masih suka menyimpan uang didalam tabungan dan bahkan wujud fisik. Orang yang tidak paham konsep inflasi tidak sadar bahwa nilai uang mereka menurun seiring berjalannya waktu.

Uang 20rb yang tahun ini bisa membeli 5 buah bakso goreng, tahun depan mungkin hanya bisa membeli 4 buah bakso goreng karena kenaikan harga. Bila harga barang makin tinggi, bukankah nilai uang kita juga seharusnya semakin tinggi?

Sayangnya selembar uang 20rb tidak akan menjadi 21rb hanya dengan disimpan saja. Kita perlu menginvestasikannya ke instrumen investasi dengan retur yang lebih tinggi daripada laju inflasi. Ibaratnya, kenaikan nilai uang kita harus sama atau lebih tinggi daripada kenaikan harga baksonya!

Contoh instrumen yang cocok untuk tujuan ini adalah reksadana pendapatan tetap, emas, dan reksadana campuran.

Pensiun Tenang

Tujuan terakhir ini adalah tujuan jangka panjang, dimana kita berharap kita bisa menikmati hari tua kita tanpa khawatir akan kekurangan uang, padahal kita sudah tidak bekerja lagi. Hal ini bisa tercapai bila penghasilan pasif kita, entah dari usaha ataupun dari investasi, cukup untuk menghidupi kebutuhan kita sehari-hari secara konsisten.

Tujuan ini memang yang paling sulit, karena membutuhkan komitmen kuat, konsisten, dan secara jangka panjang. Untuk bisa mencapai tujuan ini, nilai aset investasi kita harus bisa setinggi mungkin, agar retur yang dihasilkan juga cukup memadai untuk kita pakai sebagai keperluan hidup.

Untuk mencapai tujuan ini, instrumen investasi yang cocok adalah saham, properti, valas, mata uang kripto, dan reksadana saham. Semua instrumen tersebut butuh pemahaman yang cukup mendalam, tidak menghasilkan keuntungan di jangka pendek, dan khusus properti cukup sulit didapatkan.

Adakah Instrumen Investasi yang Cocok untuk Ketiganya, Serta Mudah Digunakan?

Kita boleh dibilang cukup beruntung karena hidup merasakan masa penuh inovasi. Dalam dunia investasi, instrumen investasi baru bernama peer-to-peer (P2P) lending menjadi alternatif baru yang sangat mudah digunakan, memiliki risiko yang bisa ditolelir, serta retur yang sangat menarik.

P2P lending mampu menghasilkan retur yang cukup tinggi dalam waktu singkat, tanpa adanya risiko depresiasi atau penurunan nilai. Sehingga P2P lending mampu memberikanmu penghasilan tambahan tanpa harus membuka usaha atau kerja sampingan.

Retur P2P lending yang cukup tinggi, yakni sekitar 7% sampai 30% per tahun, juga tentu pasti mengalahkan laju inflasi tahunan yang selalu ditargetkan dibawah 5%. Malah, karena retur kita lebih tinggi daripada inflasi, berarti nilai uang kita berhasil naik dari tahun ke tahun!

Retur P2P lending yang cukup tinggi juga berarti bahwa kita punya dana ekstra yang bisa kita sisihkan ke instrumen investasi jangka panjang, tanpa khawatir akan kerugian jangka pendek yang mungkin akan mengganggu rencana keuangan jangka pendek kita. Karena saham tidak bisa memberikan keuntungan pasti di jangka pendek, maka kita jangan sampai menggunakan uang makan kita untuk menabung saham. Namun kita bisa menggunakan penghasilan dari P2P lending untuk dimasukkan ke saham, sehingga tidak ada risiko modal awal kita berkurang!

Apa Risikonya?

Tidak ada investasi yang bebas risiko, demikian juga P2P lending. Ada risiko yang harus kita ketahui yaitu risiko gagal bayar dan telat bayar. Bila terjadi gagal bayar, bisa saja keuntungan kita terkikis oleh kerugian tersebut sehingga retur kita menjadi sia-sia! Sedangkan bila terjadi telat bayar, keuangan kita mungkin bisa terganggu karena uangnya ingin kita gunakan namun belum kita terima kembali.

Nah, kalau begitu, bagaimana kita meminimalkan risiko tersebut? Tentunya ada beberapa metode yang bisa kita terapkan dan saya sudah jelaskan disini. Namun, sebenarnya tidak perlu pusing-pusing mempelajarinya, karena seperti yang sudah saya katakan, P2P lending harusnya mudah digunakan, berbeda dengan saham yang perlu pembelajaran dan ilmu yang matang. Jadi ada cara lain yang lebih sederhana.

Untuk meminimalkan risiko P2P lending, kita hanya tinggal memilih penyelenggara (perusahaan) P2P lending yang mau memitigasi risiko tersebut untuk kita. Jadi, ketimbang dari kita yang menanggung segala risiko tersebut, ada penyelenggara yang rela menanggung risikonya sehingga risiko di sisi kita sebagai pendana mendekati 0 (tanpa risiko).

Siapakah Dia?

Ada beberapa P2P lending yang memberikan anda jaminan atas modal pokok bila terjadi gagal bayar, antara lain:

Apabila tidak ada satupun yang menarik perhatian anda, anda bisa menemukan P2P lending yang terbaik untuk anda lewat artikel ini.

Adrian Siaril
Adrian Siaril

The boss

Articles: 599

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.